Sudah terbiasa kita mendengar atau membaca kata mutiara " Barangsiapa menanam, dia akan mengetam". Memang, menanam sekarang tak hanya diartikan menanam tanaman. Bahkan, tanaman sendiri pun sekarang multi makna banyak tafsirannya.
Menanam sekarang sering diartikan mendidik dan tanaman berarti generasi penerus. Ini menjadi menarik, karena secara sadar bangsa kita sudah mulai maju dan berkembang dalam berpikir ataupun pola pikirnya. Seperti yang kita ketahui, pola pikir dengan menyesuaikan kebutuhan zaman berarti selangkah menuju modern. Modern tapi tetap merawat budaya ketimuran. Sehingga lebih mendekati berusaha sempurna. Jjika kita menilik ke belakang, dahulu pikiran bangsa kita adalah mencari pendidikan secukupnya kemudian hidup mengalir saja. Sehingga hidupnya pun pas-pasan. Karena masih miskin ide, miskin kreasi bahkan miskin pikiran.
Setelah, pemerintah mewajibkan belajar 12 tahun. Dampaknya luar biasa. Pola pikir masyarakat berkembang. Dan lebih siap untuk menghadapi kehidupan. Terlebih lagi, banyaknya sekolah kejuruan pada masa itu. Yang melahirkan para pemikir dan pekerja sesuai bidangnya.
Tapi, yang sangat disayangkan adalah masih ada yang nunut kamukten (menunggangi orang yang berpamor agar ikut populer). Ini adalah tanaman yang kurang baik, karena bisa jadi hama. Hama yang sulit diberantas sebab terbiasa makan enak tanpa jerih payah dan usaha yang jelas. Model tanaman yang lain lagi yaitu, merasa cukup dengan yang ada padahal masih bisa dikembangkan. Sebabnya yaitu tidak mampu atau belum mampu menangkap pesan dari sang penanam. Maka, buah yang bagaimana? Yang akan menjadi pilihan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H