Lihat ke Halaman Asli

Abdur Rohman

Mahasiswa STF Al-Farabi Kepanjen, Malang dan Universitas Islam Raden Rahmat Malang

Perjalanan Menuju Kebahagiaan

Diperbarui: 3 Februari 2023   21:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Kereta Matarmaja jurusan Jakarta-Malang membawa saya ke arah timur pulau Jawa. Tidak hanya seorang diri, saya ditemani oleh harapan dan titipan do'a yang mengantarkan menuju cahaya. Jadwal pemberangkatan saya puku 13:00 WIB, Lebih kurang tiga belas jam waktu tempuh untuk sampai di stasiun, ya melelahkan. Apakah karena tiket yang dibeli kelas bawahan---ekonomi?

Terlintas dalam benak saya, ternyata tidak hanya pendidikan yang terdapat demarkasi antara si miskin dan si kaya, oh tidak hanya itu, pelayanan kesehatan, apa lagi? Oh ya hukum, social, ekonomi. Waduh jangan-jangan semua bidang. Baiklah, itu hanya terlintas, lupakan.

Kelas ekonomi gerbong satu dengan nomor penumpang 10C adalah kursi yang saya tempati. Terdapat dua kursi berhadapan yang hanya bisa ditempati oleh tiga orang. Kursi dihadapan terisi penuh oleh tiga orang wanita, sedang kursi yang saya tempati hanya seorang diri. Kelihatannya mereka adalah mahasiswa dari Jakarta, karena memang masa perkuliahan sudah dimulai sejak tanggal sembilan kemarin bulan ini---Mei. Entah, liburan pada tahun ini sangat terbatas, dari tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi efektif normal di hari yang sama.

Padahal kami para pelajar sangat membutuhkan hari libur yang cukup---panjang, untuk merefleksikan pikiran, dari berbagai tugas yang sejatinya menyebalkan. Semoga pemangku kebijakan khususnya bidang pendidikan membaca tulisan ini.

Sebagaimana yang disampaikan oleh Ki Hadjar Dewantara dalam tulisannya di buku Pendidikan Jilid I, hari libur adalah salah satu hal urgensi yang perlu bahkan dibutuhkan bagi peserta didik. Dalam satu tahun sekurang-kurangnya sekolah memberikan hari libur 110 hari bagi peserta didik, demikian beliau. Entah kebijakan seperti apa yang saat ini diterapkan oleh pemerintah.

Saat waktu menunjukkan sekitar pukul 18:00 WIB. Kereta perlahan menghentikan lajunya, dan berlabuh di salah satu stasiun kota Semarang.  Terdengar informasi dari pengeras suara, bahwa kereta akan berangkat pukul 18:20. Waktu yang cukup lama untuk menikmati tembakau---rokok. Satu per satu orang keluar dari gerbong, dan didominasi oleh pria, tak terkecuali saya. Bagaimana tidak, hampir lima jam saya di dalam tak ada kesempatan untuk menghisap barang sebatang. Ini kesempatan emas bagi para perokok. Asap-asap membubung ke segala arah, dan menyatu di atas langit stasiun. Obrolan pun kian akrab, yang sebelumnya belum saling mengenal.  

Kembali ke gerbong, saya sudah di temani dua orang lelaki. Mereka berdua bertujuan ke Blitar, untuk mondok disana. Salah satunya berusia hampir sama dengan saya sedang yang lain berusia lima belas tahun. Di sisi kiri saya pun terlihat beberapa santri, yang di identikkan dengan peci hitam dan sarung yang mereka kenakan. Para santri itu berbicara dengan bahasa sunda, entah dari mana rimbanya.

Peluit tanda melajunya kereta berbunyi, melanjutkan perjalanan yang lebih kurang delapan jam lagi. Sesekali membuka gawai lalu membaca pesan singkat dari keluarga. Sesaat meilirik thoot bag yang bercitra wajah Gus Dur, pemberian dari seseorang istimewa, mengambil buku didalamnya, lalu membaca. Beberapa menit kaemudian tersadar, bahwa tiga wanita di muka sudah hilang, ternyata mereka menuntaskan perjalanannya di stasiun Semarang. Tak heran kota itu memang dikenal terdapat banyak mahasiswa dari luar kota.

Sejenak berfikir, untuk apa orang-orang rela untuk pergi jauh dari kampong halamannya? Berkuliah, belajar, bekerja, mengunjungi sanak-keluarga, bahkan untuk bertemu dengan kekasihnya?

Tak jarang, kita harus mengeluarkan kocek yang tidak sedikit, bertaruh dengan nyawa, menghabiskan banyak waktu dan tenaga, meneteskan keringat dan air mata bahkan sebagian yang lain mengeluarkan air telinga, karena meninggalkan orang tercinta.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline