Syeikh Ali Jaber ditusuk oleh seseorang tidak dikenal seperti wiranto, Istirahat yang tenang di Rumah Sakit untuk recovery dan ummat Islam akan melindungimu dari orang-orang radikal. Perisitiwa ini masuk kategori tidak manusiawi dan ekstremis seperti penusukan pada Jenderal (purn) Wiranto di Banten.
"Tautan radikal itu bahkan berindentik dengan ekstremis, yang identifikasinya samar maupun terbuka sering atau pada umumnya tertuju pada golongan tertentu seperti tokoh masyarakat. Inilah sangatlah terbatas, ketat, dan tidak menjunjung etika kemanusiaan." Ucap Abdurrofi Abdullah Azzam pada Senin 13 September 2020 [wawancara]
Pelaku menikmati kemalangan orang lain dengan cara ekstrem, radikalisme seperti tidak memiliki semacam kompas moral. Mereka akan melakukan apa yang mereka suka dan tidak akan pernah merasa bertanggung jawab atas rasa sakit yang mereka sebabkan kepada tokoh masyarakat.
Banyak masyarakat yang mengutuk semua bentuk tindakan radikalisme, terorisme dan kekerasan sehingga aksi itu kepada Syeikh Ali Jaber. Dalam perjalanan sejarah, perlakuan buruk pada orang baik ternyata kerap memicu kemarahan orang banyak.
Ya, agar pertanyaan dan rasa ingin tahu siapa pelaku radikal dan ekstrimis dari golongan mana ISIS, PKI ataukah orang bayaran untuk menyakiti ulama, ataukah orang gangguan jiwa ?" Ucap Abdurrofi Abdullah
Kini istilah 'radikal' tengah diperbincangkan oleh masyarakat lampung karena melibatkan ulama. Penggunaan istilah ini sering dikaitkan dengan teror kepada Jenderal (purn) Wiranto dan Syeikh Ali Jaber.
Fenomena begini makna radikal seasli-aslinya. Keamanan diberbagai wilayah di Indonesia harus ditingkatkan untuk pencegahan. Kaget, muncul kabar penusuk Syeikh Ali Jaber idap gangguan jiwa persis akhir kasus penusukan Jenderal (purn) Wiranto.
Langkah-langkah ekstrem dan kekerasan dari pejabat hingga ulama, radikalisme selama covid-19 mereformasi dan mengubah kondisi masyarakat yang sudah ada untuk lebih hati-hati keluar rumah dan mengikuti cerah. Heran serba tidak aman tinggal di Indonesia.