Lihat ke Halaman Asli

ABDURROFI ABDULLAH AZZAM

Intelektual Muda, Cendikiawan Pandai, Dan Cinta Indonesia

Trilogi Perceraian dan Kontroversi

Diperbarui: 8 September 2020   22:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Trilogi Perceraian (lektur.id/abdurrofi)

Trilogi Perceraian Versi Abdurrofi

Trilogi Perceraian adalah wacana perceraian yang dicanangkan oleh pasangan suami istri baru di Indonesia sebagai landasan penentuan akhir rumah tangga.

Trilogi Perceraian terdiri dari 3 Faktor:

  • Tidak Stabilitas Rumahtangga yang dinamis
  • Tidak ada Ekonomi Tinggi dan cenderung lesu, dan
  • Pemerataan Sakit Hati dan hasil-hasilnya.

Kontroversi Trilogi Perceraian Versi Abdurrofi

Pencanangan trilogi perceraian ini menuai kontroversi karena pada pelaksanaannya mengakibatkan hal-hal berikut:

Pertama, Pelaksanaan stabilitas rumahtangga menghasilkan kesiapan dimana suami siap melayani istri dan istri melayani suami. Dalam hal prosedural mudah namun implementasi itu sulit sehingga diterbitkan tanggungjawab berdasarkan nalar dan nuraninya. Tanggungjawab bersama antara ayah dan ibu mengenai anak menjadi kritikan trilogi perceraian. Meskipun berpisah tetaplah kasih sayang seorang ibu dan ayah kandung itulah yang paling dibutuhkan oleh anak.

Kedua, Pertumbuhan ekonomi rumah-tangga menghasilkan aset melimpah  yang mengakibatkan hutang luar kepada bank atau rentenir tidak ada. Serbuan para wanita ini kemudian melambat pada pria kurang mapan. Ketika terjadi jatuhnya ekonomi wanita tidak banyak tahan karena harga minyak dunia tidak bisa dibeli gratis apalagi harga kebutuhan pokok.

Ketiga, Perlakuan yang mana selanjutnya dirangsang ekstra ke jenjang pernikahan dengan deregulasi ego. Tanpa disadari, penarikan kasih sayang yang sangat fundamental ini menyebabkan retak rumah tangga. Namun penting mengatur arus ketegasan kepala keluarga  menjadi yang sangat bijaksana di lingkup keluarga.

Ketiga, Pelaksanaan perceraian karena kebijakan yang sama juga diterapkan poligami menghasilkan intensifikasi dari wanita. Sebatas luapan emosional yang belum dipahami arti kebijakan sehingga kepala keluarga harus bisa merasionalisasi makna sesungguhnya. 

Ternyata mudah rencana dalam pergeseran program keluarga kecil sejahtera menuju keluarga besar kaya raya. Dimana masalah mendasar semuanya serba terencana namun rendah dukungan internal keluarga sehingga program gagal bahkan tak jarang terjadi perceraian terjadi.

Dengan demikian, perceraian lebih baik daripada mempertahankan hubungan tidak saling mendukung dalam organisasi keluarga. Program sehat pasca perceraian dan mencari partner yang tepat untuk program-program rumah tangga ideal. (*)

Pandangan Alternatif Dalam Studi Kasus

Trilogi perceraian menghadapi kritik lantaran "pandangan alternatifnya" tentang perceraian berkualitas untuk memulai pernikahan baru yang berkelas. Pilihan bercerai menjadi salah satu jalan keluar yang paling banyak diminati selama pandemi covid19.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline