Lihat ke Halaman Asli

ABDURROFI ABDULLAH AZZAM

Intelektual Muda, Cendikiawan Pandai, Dan Cinta Indonesia

Rilis Rupiah 75000 Sebagai Awal Mula Resesi Perekonomian Asia

Diperbarui: 18 Agustus 2020   13:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Edisi rupiah kemerdekaan 75 RI (foto:bank indonesia)

Risiko keuangan dimana Bank memberikan pinjaman memberikan kredit ditengah pandemi covid19. Bank harus berhati-hati terhadap para tunggakan kredit. Kemampuan seseorang atau koorporasi untuk memenuhi kewajibannya membayar utang. Dampaknya sangat terasa kepada sistem perbankan. Begitu juga, Indonesia sebagai negara untuk memenuhi kewajibannya membayar utang.

17 Agustus 2020, ketika Indonesia mengeluarkan  Rupiah 75000 sebagai awal mula resesi negara Thailand. Kepanikan sangat signifikan karena perdagangan anjlok sehingga kredit macet. Ya, betul capital flight atau dollar pulang kampung karena investor tidak percaya iklim bisnis penuh ketidakpastian di Asia. Negara Indonesia harus beralih dari bisnis konvesional ke digital untuk menjawab tantangan zaman.

Solusi dapatkan 6.75 Triliun sampai 3 september dengan menambahkan biaya penukaran Rupiah 75 Kemerdekaan. BI Menjual kertas dengan Rp. 75ooo yang laku sebagai alat pembayaran di masyarakat. Dibuat untuk tujuan apa? Akal-akalan sri mulyani untuk mengambil uang segar dari rakyat. Tujuan akhirnya apalagi kalau bukan untuk menukar Rp. 75.ooo dengan Rp. 80.ooo dengan Rp. 5000 biaya admin. 

Sebagai penjelasan, uang rupiah khusus adalah uang yang dikeluarkan oleh BI guna memperingati peristiwa atau tujuan tertentu. Uang rupiah khusus tersebut juga memiliki nilai nominal yang berbeda dari nilai jual. Pencetakan uang baru dalam rangka pemulihan ekonomi nasional. Rp. 5000X 270juta orang= Rp. 1.35 T diperoleh negara. Tukar Rp. 75000 dengan Rp.100,000 sehingga pemerintah mendapatkan Rp.25000 x 270 juta orang = Rp. 6.75 Triliun.

"Inilah yang disebut menukar 100ribu dengan 75ribu sebagai sikap nasionalisme para masyarakat kelas menengah atas. Seribu retorika akan lebih bermakna dengan aksi nyata, sisihkan 25.000 untuk nusa bangsa, yosh!" Ucap H. Abdurrofi Abdullah

Indonesia jangan sampai terjebak dalam pemberian bantuan keuangan kepada negara yang jika tidak akan berada di ambang kegagalan atau kebangkrutan. Pembukaan wilayah hijau untuk lebih produktif sedangkan zonan non-hijau atau bahkan hitam lockdown tapi bisnis secara online. Dengan demikian, saat perekonomian global mengalami resesi sedangkan Indonesia terus bersinar dan menjadi Negara superior.

***




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline