Lihat ke Halaman Asli

ABDURROFI ABDULLAH AZZAM

Intelektual Muda, Cendikiawan Pandai, Dan Cinta Indonesia

Jokowi Dicintai Sedangkan Gibran Dibenci Masyarakat?

Diperbarui: 21 Juli 2020   07:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto: Agus Yudhoyono bersama Gibran di Istana. 2017 merdeka.com/rizky andwika

Sosok Gibran, Calon Walikota Solo masih bisa bersikap sombong meskipun bertemu Agus Harimurti Yudhoyono, Anak Presiden SBY. Duduk Gibran itu untuk memfilosofikan sombong sedangkan jokowi rendah hati sehingga sikap sombong cenderung dibenci masyarakat. AHY hanya bertemu Presiden Joko Widodo di Istana Kepresidenan. Banyak yang bilang dan sangat yakin bahwa Gibran tidak akan kalah pilwalkot solo tersebut.

Setelah Partai Demokrat memastikan dukungan untuk Gibran menuju pilwalkot solo, kini giliran Partai Gerindra mendeklarasikan mendukung seorang pangeran itu di Pilkada Solo. Mereka mengklaim telah mendapatkan restu dari Ketua Umum Gerindra, Prabowo Subianto.

Wakil Ketua Umum Gerindra Sufmi Dasco Ahmad mengatakan Ketua Umum partainya, Prabowo sudah mengarahkan agar Partai Gerindra mendukung pada PILKADA Surakarta. "Kami sudah arahan untuk mendukung," Kata Sufmi Dasco

Seluruh partai kecuali PKS mendukung orang sombong di Pilwalkot Solo. Namun ada ancaman bagi demokrasi menurut Peneliti Transparency International Indonesia (TII) Wawan Suyatmiko menilai dinasti politik berhubungan dengan kegagalan partai dalam menggaet masyarakat untuk berpolitik. Akar utamanya, kata dia, adalah gagalnya kaderisasi yang inklusif. Penilitian ini menunjukan wajar orang sombong dalam katagori ekslusif menuju kekuasaan dalam pemerintahan daerah di Solo.

Pantaskah Kita Bersikap Sombong?

Kesombongan Gibran terhadap orang lain terutama AHY terjadi ketika kita memposisikan diri kita lebih tinggi atau lebih hebat daripada orang lain. Sementara, orang yang rendah hati tetap memposisikan dirinya sebagai penerima. Dalam Lukas 18:14 adalah barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan. 

Baca selengkapnya laporan ekslusif "Dinasti Politik Era Jokowi Menguat: Apa Bahayanya Bagi Demokrasi?" dengan klik disini

Sedangkan dalam Islam balasan Allah kepada orang-orang yang demikian adalah siksa yang pedih di akhirat nanti. Sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda, Tiga golongan yang kelak Allah tidak akan berbicara kepada mereka, tidak akan membersihkan mereka (dari dosa), dan tidak akan melihat mereka (dengan pandangan rahmat), sedang mereka akan memperoleh siksa yang amat pedih, yakni laki-laki yang berzina, pemimpin yang berdusta, dan orang miskin yang sombong.

Bila kita mendapatkan pagi ini mustahil kita bersikap sombong karena kehidupan sejak pagi ini ada dalam genggaman Allah.

Jangan Sombong ya pagi ini. Terpenting konsisten dalam kerendahan hati seperti Jokowi. Sosok Jokowi yang sangat dekat dengan rakyatnya membuat banyak orang terinspirasi dengan sifatnya yang rendah hati. Jokowi yang santun dan rendah hati saat pertama kali bertemu menjadi satu hal paling diingat oleh Abdurrofi Abdullah. Bahkan rela ikut diskusi santai dan serius seperti warga pada umumnya dan pejabat humanis.

"Jika Anda Konsisten, Anda Akan dihargai dan dihormati. Buktikanlah konsistenmu," Kata Abdurrofi Abdullah Azzam

Dengan demikian konsistensi memang penting apalagi jika kamu adalah seorang politisi. Jika politisi tidak konsisten menghasilkan kebijakan bagus, dia akan ditinggalkan penggemarnya. Apalagi jika kamu gagal konsisten mengaplikasikan janji yang kamu sampaikan dengan segala perilaku hidup. Itu akan menghasilkan dua hal pertama cemoohan dan kedua tertawaan dalam sejarah demokrasi Indonesia.

Referensi

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline