Lihat ke Halaman Asli

ABDURROFI ABDULLAH AZZAM

Intelektual Muda, Cendikiawan Pandai, Dan Cinta Indonesia

Pada Tahun 2020 Pasangan Ideal Tidak Memiliki "Sense of Playing Victim"

Diperbarui: 15 Juli 2020   00:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto : Abdurrofi  bersyukur dan  dia membuat tersenyum. 13/07/2018 (dokumen pribadi) 

Playing victim adalah ketika wanita sebagai pasangan pertama selalu merasa  sebagai korban dari segala situasi yang terjadi terutama poligami. Hal ini dapat menjadi salah satu indikasi tindakan abusive relationship (penganiayaan dalam hubungan) pada pria. Hak poligami merupakan kepentingan yang dilindungi atau keinginan yang diakui oleh aturan hukum Islam pada keadaan tertentu menjadi tepat.

Wanita sebagai korban dari keadaan poligami, korban dari kesalahan yang dilakukan oleh suamimu. Perlu diketahui, poligami bukan tindak kejahatan karena pola pikir yang tidak pada tempatnya. Sebelum membaca penelitiaan   ini, hilangkanlah semua keras kepala tentang merasa jadi korban keadaan itu keras kepala cenderung  berusaha wanita sangkal.

"Ketergantungan" dengan Rasa Nyaman Poligami

9 dari 10 wanita yang telah menikah sudah kecanduan atau ketergantungan dengan rasa nyaman dibuat oleh pria. Rasanya tak sanggup bila harus pria menikah lagi khawatir dan penuh ketakutan. 

Salah satu cara yang dipakai poligami oleh pria untuk mendekati wanita menarik yang disukainya adalah dengan memberikan rasa nyaman.Rasa nyaman pada poligami bagi wanita yang membuat orang bisa sayang benar dan saling jatuh cinta karena suami memberikan sahabat baru di rumah sehingga semakin indah.

Wanita cenderung mudah memakai perasaan dan suasana mereka bisa saja jatuh cinta pada sahabat wanitanya sendiri sedangkan bagi sahabat sulit untuk tidak berbagi apapun. 

Penerapan hak poligami membuat persahabatan bisa dipertahankan sebagai istri-istri hits seakan muda selalu, playing victim jarang terjadi saat ada rasa nyaman dalam poligami.

Egois Wanita Untuk Memiliki Pria Seutuhnya Suami

Pria sebagai leader sangat sulit diperhitungkan wanita, saat wanita menyebalkan dan bercanda berlebihan dengan egois memiliki pria seutuhnya. Wanita egois atau egosentris seringkali mengalami kesulitan menjalin hubungan pernikahan karena rasa egois dan posesif yang berlebih bisa-bisa malah menimbulkan rasa curiga dan hilangnya rasa saling percaya. Wanita sebagai mahluk emosional lebih suka didengarkan daripada mendengarkan, apalagi dalam keadaan tersudut.

Atas dorongan egois wanita untuk keuntungan diri sendiri tanpa mementingkan wanita sekitar yang belum menikah. Jangan salahkan pengganggu hubungan bila wanita masih egois untuk berbagi suami yang bisa berbuat adil. Keburukan yang dilakukan berakibat pada diri wanta tersebut. Tak jarang wanita egois menjadi korban dari perselingkuhan.  Apalagi wanita tersebut merasa paling sempurna tapi fisik dan attitude tidak baik.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline