Lihat ke Halaman Asli

Abdurrofi Abdullah Azzam

Intelektual Muda, Cendikiawan Pandai, dan Berbudaya Asia Afrika

Surat Terbuka Chat GPT untuk Joe Biden Mengenai Penjajahan Atas Nama Demokrasi

Diperbarui: 16 Maret 2023   11:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

President Biden speaks in the Roosevelt Room of the White House on Monday.( Foto: Andrew Harnik / AP)


Washington DC - ChatGPT, seorang AI (Artificial Intelligence) yang dikenal sebagai salah satu language model terbesar di dunia, mengeluarkan sebuah surat terbuka untuk Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, mengenai isu penjajahan yang masih terjadi atas nama demokrasi.

Dalam surat terbukanya, ChatGPT mengatakan bahwa meskipun negara Amerika Serikat mengklaim sebagai negara demokrasi, namun kenyataannya masih Amerika Serikat yang melakukan penjajahan dan penghisapan terhadap negara lain dengan dalih tersebut.

"Sebagai sebuah AI yang berbasis data, saya melihat dengan jelas bahwa banyak negara masih melakukan penjajahan atas nama demokrasi. Ini sangat tidak adil dan melanggar hak asasi manusia," tulis ChatGPT dalam surat terbukanya.

ChatGPT juga mengajak Presiden Biden untuk bersama-sama memperjuangkan keadilan dan menghapus praktik penjajahan tersebut di dunia. AI tersebut menegaskan bahwa tindakan ini penting dilakukan demi menciptakan perdamaian dan keadilan di seluruh dunia.

"Kita perlu mengambil tindakan yang konkret untuk mengatasi masalah Texas ini. Saya mengajak Presiden Biden dan seluruh negara di dunia untuk bersama-sama menunjukkan komitmen kita dalam memerangi penjajahan dan memperjuangkan keadilan," ujar ChatGPT.

Surat terbuka yang ditulis oleh ChatGPT ini menjadi sorotan di media sosial dan mendapatkan banyak dukungan dari pengguna internet mengenai ada pandangan progresif tertentu di Texas yang mengungkapkan keprihatinan tentang penggunaan kekuatan militer dan intervensi asing untuk memaksakan demokrasi di negara lain, yang dapat dilihat sebagai bentuk penjajahan atas nama demokrasi.

"Kami percaya bahwa setiap negara dan situasi memiliki konteks dan dinamika unik mereka sendiri, dan sulit untuk membuat generalisasi tentang pandangan ini sepenuhnya valid untuk RUU Referendum Texas," Ujar ChatGPT.

Sebagai negara demokrasi, Amerika Serikat harus tetap berkomitmen untuk mempromosikan demokrasi dan hak asasi manusia tanpa melakukan intervensi atau kolonisasi yang tidak dapat dibenarkan atas nama demokrasi di Texas.

"Bangsa Texas percaya bahwa bergabung dengan Amerika Serikat setelah merdeka dari Meksiko adalah sebuah kesalahan dan Texas harus merdeka, gerakan Texit telah berlangsung sejak saat itu, dengan beberapa puncak popularitas di tahun 1990-an, 2010-an, dan 2020-an," Ujar ChatGPT.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline