Lihat ke Halaman Asli

Abdurrofi Abdullah Azzam

Intelektual Muda, Cendikiawan Pandai, dan Berbudaya Asia Afrika

Bunga 0 Persen, Inflasi 4 Persen, dan Kaburnya Generasi Z Menabung di Bank

Diperbarui: 20 September 2022   13:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar : antara news

Tingkat inflasi memiliki nilai rata-rata 4 persen sejak tahun 2011 hingga 2020 sedangkan bunga 0 persen akan meningkatkan perampokan nilai tabungan ditambah biaya administrasi.

Presiden Amerika Serikat ke-40 Ronald Reagan, yang menyebut inflasi itu sama kejamnya dengan perampok, sama menakutkan kelompok yang bersenjata dan sama mematikannya dengan pembunuh bayaran.

Lebih banyaknya rugi menabung dengan bunga 0 % dan inflasi 4 %  sehingga banyak generasi z investasi agar uang bekerja untuk pemiliknya. Mindsetnya beda  generasi Z  bisa santai menikmati dan leha-leha dapat pembagian laba berdasarkan saham yang dimiliki.  


Lembaga OJK juga melakukan sosialisasi dan edukasi pasar modal terpadu tahun di Indonesia kepada generasi Z untuk  investor pemula dan ingin berinvestasi di pasar modal atau ingin tahu tentang produk-produk investasi di pasar modal.

Selain penipuan berkedok investasi bodong bisa diatasi dengan sosialisasi dan edukasi mengenai pasar modal, Pertumbuhan jumlah investor di pasar modal terus meningkat secara signifikan selama masa pandemi dikutip dari OJK.go.id pada tanggal 20 September 2022.

Ditengah tabungan bank 0 persen dan likuiditas perbankan semakin ketat, pasar modal mampu menjadi alternatif bagi generasi yang kabur sebagai nasabah untuk investasi pada perusahaan (emiten).

Potensi pertumbuhan investor dari generasi Z akan terus meningkat sepanjang inflasi dan bunga 0 persen. Generasi Z akan dikenal sebagai WNI (Warga Negara Investor). Istilah 'menabung pangkal kaya' berubah menjadi 'investasi pangkal kaya' bagi mereka.

Peran generasi Z dan pasar modal menjadi sorotan untuk pembangunan di Indonesia. Kalangan pembiayaan usaha dari perusahaan yang sebelumnya mencari di perbankan tapi kini mereka bisa menjadi modal dari generasi z sehingga terdapat mutualisme.

Kredit perbankan lebih rendah dari IPO di pasar modal sehingga pasar modal dilirik sebagai pembiayaan usaha bagi perusahaan. Itulah mengapa OJK menilai pasar modal semakin memiliki peran untuk pengaturan dan pengawasan tersebut.

Bursa Efek Indonesia sebagai pasar modal dan PT Kliring Efek Indonesia untuk kliring dan menjamin keamanan gagal bayar. Lebih banyak KSEI membagi deviden dan memvalidasi pemilik perusahaan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline