Lihat ke Halaman Asli

Abdurrofi Abdullah Azzam

Intelektual Muda, Cendikiawan Pandai, dan Berbudaya Asia Afrika

Menyiasati Rupiah di Tengah Perang Mata Uang Dollar AS dan Rubel Rusia

Diperbarui: 30 Maret 2022   08:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menyiasati Rupiah Di tengah Konflik Rubel dan Dollar. Sumber Gambar: Shutterstock

Negara sekutu AS yang memberikan sanksi ekonomi kepada Rusia dan Amerika Serikat memberi sanksi membatasi dollar ke Rusia namun Rusia membalas sanksi tersebut dengan memaksa menggunakan Rubel jika mereka ingin gandum, energi gas, minyak mentah, dan senjata nuklir yang diproduksi Rusia sementara Indonesia fokus mengambil siasat di tengah perang Rusia Ukraina.

Dampak konflik militer selalu berakibat ke ekonomi hingga peluang Indonesia menyiasati banyaknya angka nol di rupiah dan perseteruan dollar dan rubel adalah dampak perang Rusia Ukraina.

Kamu pasti sering mengalami kesulitan banyak angka nol sehingga setiap pertemuan angka nol pasti akan ada perpisahan secara bertahap dari 1000 menjadi 1 k hingga 1 saja dalam rupiah.

RUU Redenominasi Rupiah ini ditargetkan selesai sebelum 2024 untuk melakukan tindakan moneter berupa penurunan nilai mata uang lama Rp 1.000 menjadi Rp 1 uang baru. Tujuannya untuk mewujudkan kesatuan moneter bagi seluruh wilayah Indonesia.

Jumlah nol yang sangat banyak terjadi karena pencetakan uang kertas tidak dibatasi ketersediaan logam mulia dengan fundamental ekonomi yang baik.

Mata uang tiap negara pada dasarnya adalah aset sehingga nilai tukar logam mulia juga mencerminkan harga aset secara relatif riil.

Pada saat konflik nilai aset dollar akan meningkat penjualan senjata Amerika Serikat di Uni Eropa karena konflik menciptakan kebutuhan pertahanan berkaitan dengan ancaman invasi Rusia ke negara Eropa lainnya.

Amerika Serikat lebih suka konflik di Ukraina dan Rusia karena target pemasaran senjata negara Uni Eropa memiliki banyak kas negara dibandingkan Afghanistan atau Taiwan dan China dengan target pasar negara Asean yang relatif kas negara tidak sebanyak negara di eropa.

 Jika negara-negara lebih sukai pertahanan buatan Amerika Serikat karena lebih kuat dan secara umum dollar lebih disukai sebagai transaksi senjata dibandingkan dengan rupiah.

Pada saat konflik paling disukai senjata karena untuk membangun pertahanan dan keamanan, sementara nilai aset mata uang rubel menurun dibandingkan dengan aset mata uang dollar oleh karena itu pemegang aset akan berpindah memegang dollar dibandingkan dengan memegang rubel untuk transaksi senjata perang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline