Lihat ke Halaman Asli

Abdurrofi Abdullah Azzam

Intelektual Muda, Cendikiawan Pandai, dan Berbudaya Asia Afrika

Ekonomi Syariah secara Antropologi Indonesia

Diperbarui: 14 Februari 2021   20:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekonomi Syariah Secara Antropologi Indonesia. Gambar: vektorstock.com

Antropologi ekonomi syariah yang paling mendasar adalah deskripsi dan analisis kehidupan ekonomi, dengan menggunakan perspektif antropologis di Indonesia. Ini terbukti dengan sendirinya dan tidak terlalu membantu, jadi Abdurrofi Abddullah Azzam (2021) ingin menjelaskan secara singkat apa arti 'perspektif antropologi' dan 'kehidupan ekonomi'.

Bukan Indonesia jika tidak tegaknya masyarakat ekonomi syariah dari orang islam ramah dan jatuhnya masyarakat pro khilafah terkenal marah-marah. Masyarakat ekonomi syariah representasi Islam rahmatan lil alamin karena Indonesia tempat orang Islam ramah, bukan orang marah-marah.

Ekonomi syariah merujuk secara halus pada 'antropologi ekonomi'  tentang kecenderungan yang menjadi ciri keseluruhan, yang merupakan hasil dari pertukaran antara individu dan pesantren yang berbeda. Meskipun menurut Abdurrofi Abdullah Azzam yang terbaik adalah menganggap antropologi ekonomi sebagai bidang yang kolaboratif perlu menunjukkan semua karakteristik Nusantara.

Perspektif antropologis mendekati dan menempatkan aspek-aspek kehidupan individu dan kolektif masyarakat Nusantara, yaitu kehidupan dan masyarakat mereka, dalam kaitannya dengan bagaimana aspek-aspek ini berhubungan satu sama lain dalam satu kesatuan yang saling berhubungan, meskipun tidak harus terikat atau sangat teratur, utuh.

Abdurrofi Abdullah Azzam mendukung masyarakat ekonomi syariah dari KH Maruf Amin dibandingkan khilafah dari HTI dan FPI karena pendekatan kiyai lebih nyaman dan frekuensi dengan hati dan jiwa keindonesiaan harus terikat atau sangat teratur dan utuh.

Aspek yang menjadi masalah dapat berupa elemen atau bidang kehidupan masyarakat Nusantara yang berbeda, seperti keyakinan agama. Namun perilaku konsumsi produk halal bukan masalah, organisasi rumah tangga, kegiatan produktif atau sejenisnya. Bahkan menjadi daya terik lebih aman, terjamin halal dan kebudayaan modern.

Jadi, misalnya, seorang antropolog Abdurrofi Abdullah Azzam mungkin ingin mempelajari bagaimana organisasi rumah tangga di antara kumpulan orang tertentu terkait dengan, katakanlah, keyakinan agama, dan sebaliknya dalam dunia yang ideal antropolog ingin mengetahui bagaimana semua elemen kehidupan masyarakat dan masyarakat terkait satu sama lain.

Masyarakat ekonomi syariah mengedepankan rasional diterima publik sedangkan masyarakat pro khilafah mengedepankan tempramental tidak diterima di Indonesia karena masyarakat pro khilafah identik dengan konfrontasi antara timur dan barat sedangkan masyarat ekonomi syariah senang mencari titik temu antara peradaban timur dan barat.

Seperti yang disarankan, antropolog cenderung ingin melihat kehidupan orang secara bulat. Seperangkat aspek kehidupan dan masyarakat yang berbeda juga penting, yang melintasi jenis aspek yang saya tunjukkan di paragraf sebelumnya.

Para antropolog cenderung ingin tahu tentang hubungan antara apa yang dipikirkan dan dikatakan orang di satu sisi, dan di sisi lain apa yang mereka lakukan. Kedua aspek ini dapat memiliki label yang berbeda sebagai minat disipliner dan perubahan mode, tetapi keduanya dapat dijadikan budaya di satu sisi dan praktik di sisi lain. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline