Sajak Tentang Ibu
Lambang Keluhuran
Suatu malam di bulan September 1998, saya keterusan membaca hingga lewat tengah
malam. Suasana sangat hening. Detak jarum jam dinding terdengar keras. Saya melongok ke lu-
ar jendela, ke arah langit. Bulan sudah menghilang. Tapi cakrawala ditaburi ribuan bintang. Me-
gah meluas sejauh mata memandang. Lalu saya mendengar langkah-langkah ibu yang khas de-
ngan bunyi keriut sandal jepitnya sehabis mengambil air wudlu. Ibu menggelar tikar sembahyang
untuk bertahajud malam. Saya menyimak bisik lirihnya ketika membaca ayat dan doa.
Saya tercenung. Sudah puluhan tahun ibu melakukan rutinitas itu. Mengapa baru seka-
rang saya menyadarinya? Pada kesempatan lebaran, ketika semua anak berkumpul, ibu sering
mengatakan bahwa beliau selalu berdoa untuk keselamatan dan kebaikan anak cucunya. Saya