Lihat ke Halaman Asli

Sosiologi Perspektif

wadah untuk bekarya

Apakah Penting Edukasi Diskriminasi Usia Sejak Dini?

Diperbarui: 18 Agustus 2021   12:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: AGE Platform Group

Pernah mendengar istilah Ageism atau diskriminasi usia terjadi terutama terhadap masyarakat lansia? atau bahkan di kalangan remaja? Hal tersebut merupakan suatu hal yang fatal namun sayang belum banyak yang memahami Ageism ini.

Mungkin, kita kurang dalam mengenal istilah Ageism ini kebanyakan orang lebih sering mendengar tentang istilah seksisme dan rasisme. Oleh karena itu, kita anggap sepele atau tidak penting istilah ini dan tidak begitu "dilawan" oleh masyarakat. Ketidaktahuan masyarakat membuat ageisme tumbuh subur di kalangan masyarakat.

Diskriminasi usia, juga dikenal sebagai ageism, mengacu pada perlakuan yang tidak adil kepada seseorang karena usia mereka. Masalah ini sangat penting karena dapat dialami oleh siapa saja tanpa memandang kelompok usia mereka.

Hal ini sering terjadi di lingkungan tempat kerja, banyak perusahaan lebih memilih menggunakan jasa para anak muda. Salah satu kasus diskriminasi umur terjadi pada Bob Crum ketika dia berumur 61 tahun. 

Crum telah bekerja selama 40 tahun di Silicon Valley dan akhirnya melamar ke beberapa perusahaan karena kontraknya dengan perusahaan tempat ia bekerja telah habis. Bukannya mendapat pekerjaan baru, ia justru mendapat perlakuan diskriminasi.

Crum menyatakan bahwa tim rekrutmen hanya akan merekrut pelamar yang masih muda sebab pengalaman Crum sudah terlalu banyak. Hal ini sungguh terjadi dalam masyarakat kita dengan banyaknya anggapan atau stereotip bahwa orang tua cenderung keras kepala, arogan, dan sebagainya.

Di Indonesia juga pernah mengalami hal yang sama pada tahun 2020 saat vaksin baru masuk di Indonesia. Pada awalnya uji coba vaksin SINOVAC hanya diberikan kepada masyarakat berumur 18-59 tahun.

Menurut ketua tim peneliti uji klinis, Kusnandi Rusmil dalam (Lloyd-Sherlock (2021))  "Mengapa kami menargetkan orang usia produktif ? Orang-orang ini dapat bekerja keras, sehingga negara tidak akan mengalami defisit" (Vaccine ageism: the exclusion of older people from Indonesia's national COVID-19 vaccination programme).

Pemerintah tidak memasukkan masyarakat dengan umur 60 ke atas karena pemerintah beranggapan bahwa masyarakat berumur 18-59 tahun bisa bekerja lebih keras dibandingkan dengan masyarakat usia 60 ke atas sehingga pemerintah tidak mengalami kerugian/defisit yang nantinya masyarakat usia produktif dapat memberikan kontribusi kepada negara terlebih dalam pembangunan ekonomi kembali.

Efek yang timbul dari adanya tindakan ageism ini adalah bagi kesehatan orang tua. Dikutip dari laman Who.int, penelitian yang dilakukan oleh Levy et al menunjukkan bahwa, orang dewasa yang lebih tua dengan sikap negatif tentang penuaan dapat hidup 7,5 tahun lebih sedikit daripada mereka yang memiliki sikap positif. 

Dampak negatif juga dapat dirasakan oleh kaum remaja, misalnya: berkurangnya rasa kepercayaan diri, kurang nya pengalaman karena tidak mendapatkan kesempatan untuk maju, selalu merasa dirinya rendah atau tidak berguna karena sering diberikan kata umpatan seperti "kamu bisa apa? kamu masih muda, minim pengalaman, jangan sok tahu" dan masih banyak lagi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline