Lihat ke Halaman Asli

Teror ISIS di Paris? Atau Teror CIA?

Diperbarui: 15 November 2015   07:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

gambar: http://www.heatherhastie.com/je-suis-charlie-hebdo/ 

Saya paham betul bagaimana pola-pola permainan 'underground' yang terjadi di setiap negara, atau yang dimana peristiwa teror terjadi dan diklaim oleh kelompok teroris, atau hal-hal tak kasat mata lainnya yang bahkan tidak diketahui banyak pihak. Jika Anda mencermati sejak peristiwa teror 9/11, bom bali, bom London, bom Hotel Ritz Carlton, bom Boston maraton, bom Charlie Hebdo, dan yang terbaru bom teater Bataclan di Perancis yang menewaskan lebih dari 100 orang, anda akan digiring kepada suatu persepsi baru mengenai ancaman teror global yang sangat masif dibekingi oleh tingkah laku para pejabat Barat yang "kebablasan" dalam menerapkan kebijakan luar negeri mereka, serta ulanh "nakal" CIA didalamnya. 

Permainan "unik" yang dimainkan CIA di Perancis, entah pada teror Charlie Hebdo, atau teror teater Bataclan yang terbaru, tidak lagi memainkan secara umum Islam VS Barat, tetapi memainkan suatu permainan dimana pihak Barat mendalangi atau menyulut kebencian umat muslim dunia dengan melecehkan Nabi Muhammad melalui kartun. Dan bisa ditebak, umat muslim dunia marahnya bukan main. Ada alasan dibalik kemarahan umat Islam terhadap pelecehan kartun Nabi Muhammad tersebut, dan insiden teater Bataclan terbaru ini merupakan insiden teror utama yang didalangi oleh CIA, Mossad, diduga Intelijen Perancis juga bermain (Intelijen Perancis bermain dalam teror pertama Charlie Hebdo), serta pihak ISIS sendiri. 

Presiden Erdogan sendiri menyebutkan, dalam kasus Charlie Hebdo, menuturkan seperti berikut: "Sebagai muslim kita tidak pernah membantu aksi teror. Rasisme, hate speech, dan Islamphobia lah yang menjadi penyebab insiden tersebut". Bahkan lebih lanjut Erdogan justru menyalahkan PM Israel Benjamin Netanyahu yang bergabung dalam aksi solidaritas pemimpin dunia lainnya, dimana Netanyahu juga memimpin 1.5 juta warga untuk menjalankan aksi protes di jalan-jalan Paris melawan teror Islam yang membunuh 17 orang di Paris dalam insiden Charlie. Bahkan seorang anggota Turki dari Justice and Development Party, Mayor Melih Gokcek, mengatakan secara terang-terangan bahwa Mossad (Agen Intelijen Israel) lah yang berada dibalik teror Charlie.. tujuannya adalah untuk menumbuhkan kebencian terhadap umat Islam. 

Di Moskow, bahkan warga Rusia sendiri tidak mempercayai bahwa ISIS atau muslim lah yang mendalangi insiden Charlie, mereka menganggap bahwa semua itu adalah permainan dari Amerika. Bahkan Surat Kabar Komsomolskaya Pravda menulis artikel berjudul; "Apakah AS berada dibalik teror di Paris?"
Dalam kasus intervensi Rusia di Ukraina, Alexander Zhilin, anggota Moscow Center for the Study of Applied Problems, bahkan menuduh bahwa Obama lah yang melancarkan suatu serangan teror di Paris agar Presiden Hollande segera bergabung dengan Uni Eropa agar segera memberikan sanksi bagi Rusia karena telah memasuki atau menyebabkan konflik di Ukraina Timur. Alexei Martynov dari International Institute for New States juga menyalahkan CIA. Ia menyebutkan; "Selama 10 tahun belakangan ini, teroris yang disebut teroris muslim telah berada dalam kendali utama agen intelijen terbaik dunia." ,ucap Alexei kepada website LifeNews pro-pemerintah. 

Masalah intelijen handal yang campur tangan terhadap banyak aksi teror didunia ini bukanlah konspirasi semata, bukan isapan jempol, bahkan para pengamat intelijen, para anggota yang berasal dari pusat studi atau institusi independen, dan para penulis yang "melek" terhadap kasus-kasus teroris dibekingi intelijen ini, jelas tidak memakan mentah-mentah berita remeh-temeh yang ada seperti CNN, New York Times, Daily Mail, ABC news, Fox News, dan lain-lain. Mengapa? Karena berita-berita tersebut tidak seimbang, dan seringkali tidak menjadi rujukan para pengamat intelijen dan para pengkaji masalah-masalah underground.

Mengapa Timnas Jerman di teror saat menginap di hotel di Perancis, agar AS ingin agar Jerman kembali terlibat dan memperkuat unit-unit Anti-teror mereka agar melawan ISIS kembali, seperti yang pernah CIA-Mossad lakukan terhadap Perancis, dimana sekarang Perancis benar-benar "tunduk" dibawah kaki-kaki para politisi Barat yang korup. Insiden teror terbaru teater Bataclan ini juga menjadi momentum tepat untuk merangkul jerman kembali ke dalam pelukan Paman Sam setelah hubungan AS-Jerman sempat memanas lantaran NSA yang menyadap Presiden Jerman Angela Merkel. Jika Jerman "tergugah" atas momentus teror Perancis kali ini, berarti ibaratnya Jerman "kemakan" jebakan betmen CIA, karena agenda sebenarnya adalah bersama-sama untuk memerangi ISIS... bahasa kasarnya,, memerangi teroris muslim... bahasa lebih kasarnya lagi... memerangi umat muslim.

Jelas semua permainan licik ini ada faktanya, ada datanya, dan banyak pihak juga yang berusaha menutupinya. Kita hanya wajib waspada. Dan agenda nya juga lagi-lagi sama, yakni menyebabkan Islamphobia atau orang-orang dunia nantinya dibuat takut akan agama Islam, atau pergerakan teroris muslim seperti ISIS yang radikal dan brutal. Dimana mereka hanya jago "memenggal" kepala UMAT MUSLIM lain, tapi tidak berani memenggal "kepala" Netanyahu, yang jelas-jelas memusuhi muslim dan seorang zionis sejati.

 


http://www.newsmax.com/Headline/Turkey-Russia-fault-Paris-attacks/2015/01/13/id/618311/

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline