Dunia ini harus seimbang, ada waktu serius, dan ada waktu hiburan (menghibur diri). Bagi orang kaya atau masyarakat menengah ke atas banyak cara yang dapat dilakukan untuk hiburan seperti berwisata, bagi yang memiliki kantong tebal mungkin berlibur ke luar negeri, atau ke Bali, dan lain sebagainya. Namun, Indonesia bukan tempatnya hiburan, seakan hidup di Indonesia begitu sulit dan orang-orang menengah ke bawah tidak tahu lagi dengan cara apa mereka akan menghibur diri mereka. Rumah banyak yang digusur (terlepas dari mereka salah atau benar), kemiskian menggurita, kejahatan meningkat, kemacetan parah, masyarakat Indonesia perlahan sudah tidak sabaran dan tidak mengenal kata "mengantri". Bukan bermaksud menjelekkan tetapi faktanya budaya-budaya yang baik-baik dari masyarakat Indonesia sudah hilang entah kemana, bukan termakan oleh budaya barat melainkan karena tingkat stres yang tinggi dan tidak ada apresiasi sama sekali dalam hal apapun dari pemerintah.
Tidak ada apresiasi seni dimana pemerintah serius (bukan hanya sekedar artis atau musisi saja yang berkoar-koar mengkampanyekan anti-pembajakan tetapi pemerintah diam), tidak ada apresiasi seni, apresiasi karya tulis yang minim (seperti minat baca masyarakat yang kurang bergairah dan pembajakan buku dimana-mana), dan lain-lain.
Maksudnya, hiburan itu diperlukan. Misalnya, jika pemerintah ingin menutup lokalisasi, oke itu sah-sah saja. Tetapi jangan kemudian TV swasta menayangkan iklan kondom yang diputar setiap larut malam. Mungkin itu sah-sah saja untuk kepentingan bisnis dan marketing, tetapi hal itu sama sekali tidak lucu. Memberantas lokalisasi tetapi menyuruh masyarakat agar membeli banyak kondom berbagai macam rasa?? Itu bukan hitam dan putih, tetapi itu berada dalam zona abu-abu (zona yang membingungkan). Jika pemerintah menginginkan agar masyarakatnya bersih dari lokasasi dan tempat perzinahan, mengapa iklan kondom serta kondom ingin disebar ke masyarakat? Bukankah itu sama saja seperti agar menyarankan masyarakat memakai kondom? Apa tujuan masyarakat memakai kondom? Yang jelas itu merupakan hubungan diluar nikah dimana tidak mungkin suami istri memakai kondom. Itu sama halnya dengan Pemerintah mengeluarkan "aturan" untuk menutup perzinahan dan tindakan asusila tapi di sisi lain melegalkan hubungan diluar nikah (melegalkan atau usaha menyebarkan kondom bisa disebut sebagai upaya melegalkan hubungan ilegal, agar bercinta aman dengan memakai kondom). Pemerintah masih berada dalam zona abu-abu. Jika TIDAK, maka katakan TIDAk, jangan TIDAK disana kemudian IYA disini, itu aneh dan kontradiktif.
Serius, jika Indonesia ingin dihargai, maka pemerintah harus menghargai dan mengapresiasi karya apapun, walaupun karya tersebut kedengarannya sepele. Entah itu karya musik, karya seni, dan karya apapun.
Jika pemerintah memblokir situs porno dan situs film bajakan ilegal, pemerintah harusnya menggalakkan atau menghidupkan kembali bioskop-bioskop yang tidak hanya menayangkan tayangan sampah. Jika pemerintah berniat memblokir situs porno, katakan tidak pada kondom dan hal-hal terkait kampanye kondom. Jika tidak maka terkesan setengah hati dan pemerintah terkesan egois. Hal-hal kecil ini banyak dianggap sepele, tapi tidak di negara-negara maju.
Jika pemerintah memblokir situs film bajakan, sediakan atau jual film-film ORI yang isinya High Definition dan bukan hasil rekaman dari bioskop (karena saya pernah membeli film ORI tetapi kualitas gambarnya ala rekaman curian bioskop). Itu sama saja menipu. Menyuruh orang agar jangan download film bajakan di internet tetapi menjual kaset yang didalamnya berisi rekaman ilegal dari bioskop. Tidak semua kaset film yang dijual berisi rekaman ilegal. Tapi Indonesia selalu menganggap hal seperti itu biasa. Korupsi juga dianggap biasa, pelaku korupsi malah berpose bak artis dan selalu menebar senyum ke kamera dan wartawan! Oh For God Sake, He's not even hero!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H