Lihat ke Halaman Asli

Abdul Wahid Azar

Praktisi Bisnis

Narasi Imajiner Jilid 6, Tawa di Tengah Badai Politik

Diperbarui: 2 Januari 2025   17:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Presiden ke 7 H.Ir.Joko Widodo, di Warung Sate Mas Di (Kompas Regional)

Pagi itu cerah di Kartasura, Sukoharjo. Aroma sate buntel dan tongseng menggoda siapa saja yang melewati Warung Sate Kambing Mas Di, warung legendaris yang terkenal dengan cita rasa khasnya.

Di salah satu sudut meja, duduk sosok yang tak asing, mantan Presiden Joko Widodo. Bersama Ibu Iriana, beliau tampak menikmati sarapan dalam suasana santai.

Saya hampir tak percaya melihat beliau di sini. Dengan sedikit ragu, saya mendekat dan menyapa. "Pak Jokowi, apa kabar? Tidak menyangka bisa bertemu di sini."

Beliau menoleh, tersenyum ramah, dan mempersilakan saya duduk. "Alhamdulillah, baik, Mas. Lagi nyantai sama Bu Iriana. Sudah coba sate buntelnya belum? Di sini juara," ujarnya dengan nada santai.

Ibu Iriana, yang duduk di sebelahnya, ikut tersenyum. "Kalau saya sukanya sate buntel. Tapi Pak Jokowi itu paling suka tongseng."

Kami bertiga tertawa kecil. Suasana pagi itu benar-benar terasa ringan, meskipun saya tahu ada banyak isu besar yang mengelilingi nama besar beliau.

Setelah beberapa menit berbasa-basi, saya memberanikan diri bertanya. "Pak, soal nama Bapak yang masuk nominasi OCCRP sebagai tokoh terkorup. Bagaimana perasaan Bapak soal itu?"

Beliau meletakkan sendoknya, tersenyum kecil, lalu tertawa ringan. "Hehehe, ya terkorup, korup apa, yang dikorupsi apa? Saya tanya balik, ada buktinya nggak? Kalau cuma tuduhan tanpa dasar, ya saya anggap itu angin lalu."

Nada suaranya tetap tenang, tidak sedikit pun menunjukkan rasa terganggu. "Mas, sekarang ini fitnah dan framing itu banyak. Orang bisa pakai apa saja---NGO, media, atau apapun---untuk bikin cerita yang nggak benar. Tapi saya pikir, biarkan waktu yang menjawab.

Kalau memang ada bukti, ya silakan diungkap."

Saya mengangguk. Cara beliau menghadapi isu besar dengan ketenangan membuat saya kagum. Alih-alih membela diri dengan keras, beliau memilih untuk percaya pada kebenaran yang akan terungkap.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline