Lihat ke Halaman Asli

Abdul Wahid Azar

Praktisi Bisnis

Program Makan Bergizi Gratis Ambisi Besar, Penanggulangan Stunting Terabaikan (Bagian 2)

Diperbarui: 9 Desember 2024   10:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Peluncuran Program Genting Oleh Menteri dan Wakil Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/Kepala BKKBN (foto Dok Pribadi)

Masalah stunting di Indonesia masih menjadi ancaman serius bagi generasi mendatang, dengan prevalensi yang mencapai 21,5 persen pada 2023. Sebagai masalah kesehatan yang berdampak jangka panjang pada pertumbuhan fisik, kecerdasan, dan produktivitas anak, upaya penanggulangan stunting seharusnya menjadi prioritas utama pemerintah. Namun, dalam pelaksanaan kebijakan saat ini, terlihat jelas adanya ketimpangan perhatian dan alokasi anggaran antara dua program besar yang diluncurkan, yakni Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting (GENTING) dan Program Makan Bergizi Gratis.

GENTING diluncurkan pada 5 Desember 2024, oleh Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/Kepala BKKBN, Dr. H. Wihaji, S.Ag., M.Pd., bersama Wakil Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, Ratu Ayu Isyana Bagoes Oka. Berlokasi di Dusun Cipule, Kabupaten Karawang, program ini dirancang sebagai bagian dari kerja Kabinet Merah Putih di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Gibran.

Dengan pendekatan berbasis gotong royong, GENTING menawarkan bantuan nutrisi, non-nutrisi, dan pemberdayaan masyarakat untuk keluarga miskin yang rentan terhadap stunting. Namun, ironinya, program ini lebih bergantung pada partisipasi masyarakat dan sektor swasta, sementara dukungan penuh dari pemerintah terlihat sangat minim.

Sebaliknya, Program Makan Bergizi Gratis diluncurkan dengan anggaran raksasa sebesar Rp71 triliun. Program ini memiliki cakupan universal, menyasar 82 juta penerima manfaat dari kalangan anak usia sekolah (PAUD hingga SMA), ibu hamil, dan ibu menyusui. Dengan pendekatan yang tampak inklusif, program ini lebih menyerupai langkah populis daripada solusi strategis untuk menurunkan angka stunting.

Ironi Kebijakan Ketika Stunting Dilempar ke Publik

 

GENTING adalah program yang secara strategis dirancang untuk menargetkan 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), masa kritis bagi pertumbuhan anak. Bantuan nutrisi sebesar Rp15.000 per hari untuk setiap anak selama 33 bulan diarahkan untuk memenuhi kebutuhan gizi berbasis pangan lokal kaya protein hewani. Selain itu, bantuan non-nutrisi seperti bedah rumah, jamban sehat, dapur sehat, dan akses air bersih bertujuan menciptakan lingkungan yang mendukung kesehatan keluarga.

Namun, keberhasilan program ini lebih banyak bergantung pada partisipasi Orang Tua Asuh (OTA) yang terdiri dari masyarakat, dunia usaha, dan sektor swasta. Dukungan dari pemerintah dalam bentuk anggaran besar tidak terlihat, membuat GENTING seolah-olah dilempar ke publik untuk bertahan sendiri. Dalam praktiknya, pendekatan ini menciptakan ketimpangan mencolok: wilayah dengan kesadaran masyarakat tinggi dapat menjalankan GENTING dengan baik, tetapi daerah terpencil dengan prevalensi stunting tinggi sering kali luput dari perhatian karena minimnya sumber daya.

Sebaliknya, Program Makan Bergizi Gratis mendapatkan dukungan penuh dari pemerintah, baik dalam hal anggaran maupun pelaksanaannya. Namun, program ini memiliki pendekatan universal yang kehilangan fokus pada kelompok rentan. Sebagian besar penerimanya adalah anak-anak usia sekolah yang sudah melewati masa kritis 1.000 HPK, sehingga dampaknya terhadap stunting sangat kecil. Nilai bantuan sebesar Rp10.000 per penerima tanpa kejelasan durasi atau frekuensi semakin memperlihatkan kelemahan program ini dalam menangani akar permasalahan stunting.

Ketimpangan Prioritas Stunting Dipinggirkan, Universalitas Disanjung

Perbedaan alokasi anggaran antara kedua program ini menunjukkan ketimpangan prioritas dalam kebijakan pemerintah. GENTING, dengan pendekatan targeted yang menyasar kelompok usia rentan stunting, hanya mendapat dukungan terbatas. Sementara itu, Program

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline