PT Kereta Api Indonesia (KAI) telah lama menjadi tulang punggung transportasi publik di Indonesia, menghubungkan kota-kota besar dan kecil dengan moda yang ramah lingkungan dan terjangkau. Namun, di tengah dinamika ekonomi digital, KAI dihadapkan pada peluang besar untuk mengarahkan fokus pendapatannya ke sektor yang lebih menjanjikan, yaitu logistik berbasis e-commerce.
Perubahan ini tidak hanya relevan dengan kebutuhan zaman, tetapi juga menawarkan potensi pendapatan yang jauh lebih besar dibandingkan layanan penumpang yang selama ini menjadi andalan.
Indonesia adalah pasar e-commerce terbesar di Asia Tenggara, dengan nilai transaksi yang diproyeksikan mencapai Rp1.025 triliun pada 2024. Lonjakan ini memunculkan kebutuhan akan logistik yang cepat, efisien, dan andal. Dalam konteks ini, kereta api memiliki keunggulan besar. Jaringan yang luas, kapasitas angkut besar, dan jadwal teratur menjadikan kereta api sebagai moda transportasi ideal untuk pengiriman barang dalam skala besar. Namun, potensi ini belum sepenuhnya dimanfaatkan oleh KAI. Transformasi ke arah logistik e-commerce adalah langkah strategis yang tidak hanya akan meningkatkan pendapatan perusahaan, tetapi juga memperkuat perannya dalam mendukung ekonomi digital.
Belajar Keberhasilan Ignatius Jonan, Reformasi KAI Semua Lini.
Belajar dari keberhasilan Ignasius Jonan yang mereformasi layanan penumpang, KAI memiliki peluang untuk melakukan hal serupa di sektor logistik. Di bawah kepemimpinannya, KAI berhasil memangkas aturan kolonial yang menghambat, membangun sistem reservasi modern, dan meningkatkan kualitas layanan hingga ke tingkat yang belum pernah dicapai sebelumnya. Pendekatan serupa dibutuhkan untuk logistik, terutama dalam memperkuat infrastruktur, digitalisasi layanan, dan kolaborasi dengan platform e-commerce besar seperti Tokopedia dan Shopee.
Namun, transformasi ini harus dijalankan tanpa mengorbankan fungsi sosial KAI. Sebagai perusahaan milik negara, KAI memiliki tanggung jawab untuk tetap melayani masyarakat, khususnya melalui transportasi massal yang terjangkau. Pendapatan besar dari sektor logistik dapat digunakan untuk memperkuat peran ini. Misalnya, subsidi tiket kereta ekonomi dapat diperluas sehingga lebih banyak masyarakat dapat menikmati transportasi publik yang murah.
Program mudik gratis yang selama ini terbatas pada armada bus juga dapat diperluas dengan pendanaan dari laba logistik. Selain itu, pendapatan tambahan dapat digunakan untuk memperluas jaringan kereta api ke wilayah yang selama ini belum terlayani, mendukung pemerataan pembangunan.
Lebih dari itu, KAI juga memiliki peran penting dalam memberdayakan UMKM lokal. Stasiun-stasiun kereta api adalah pusat aktivitas ekonomi yang strategis dan dapat menjadi etalase bagi produk kuliner serta kerajinan lokal. Sebagai bagian dari fungsi sosialnya, KAI dapat memberikan subsidi sewa ringan bagi UMKM untuk menempati ruang komersial di stasiun. Kebijakan ini tidak hanya akan mendukung ekonomi lokal, tetapi juga menjadikan stasiun sebagai tempat yang mencerminkan keberagaman budaya dan ekonomi daerah. Pendekatan ini memastikan bahwa KAI tidak hanya mengejar pendapatan dari merek-merek besar tetapi juga dari pelaku usaha kecil yang menjadi tulang punggung ekonomi rakyat.
Belajar layanan logistik Kereta Api dari beberapa Negera
Transformasi KAI dari layanan penumpang ke logistik e-commerce juga dapat belajar dari praktik internasional. Jepang, misalnya, menggunakan jaringan Shinkansen untuk pengiriman barang cepat antar kota. China mengoperasikan jalur kereta barang lintas benua yang menghubungkan Asia dan Eropa, mempercepat distribusi barang e-commerce.
Di Eropa, kereta api menjadi bagian dari sistem multimoda yang efisien, mengintegrasikan transportasi darat dan laut untuk pengiriman barang dalam skala besar. Semua praktik ini menunjukkan bahwa kereta api adalah solusi logistik masa depan yang dapat diadaptasi untuk pasar Indonesia.