Lihat ke Halaman Asli

Abdul Wahid

Dosen Fakultas Hukum Universitas Islam Malang

Model Membumikan Persaudaraan Inklusif

Diperbarui: 17 Oktober 2021   04:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Model atau pola beragama di tengah masyarkat itu bermacam-macam. Ini tidak lrpas dari keyakinan dan pemahaman keagamannya yang berbeda-bdea pula. 

Ada yang tingkat pemahamaan keagamannya belum kuat atau masih dangkal, sementara banyak pula yang lebih menampilkan sisi formalitasnya, seperti senang dan bangga telah menjalankan aktifitas keagamaan dengqan biaya tinggi yang dominan pingin dapat stigma public.

Sisi formalitas utulah yang kemudian sering taerbaca dan dijadikan tolok ukur oeh kebanyakan orang. 

Dalam ranah formalitas keagamaan ini, barangkali berbagai kegiatan bertemakan "merajut persaudaraan" sudah seringkali kita adakan, yang kesemuanya ini mengesankan seolah-olah persaudaraan sejati sudah terwujud dan bahkan membumi.

Sayangnya d ibalik itu, kenyataan masih bicara lain, segmen bangsa ini belum menunjukkan persaudaraan sucinya. 

Persaudaraan dengan penuh curiga dan bahkan saling menghakimi yang diikuti berbagai bentuk perilaku tidak terpuji zeperti gampang membuat hidup orang lain tidak tenang  seringkali dibiarkan tampil ke permukaan sebagai kesenangan utama dan pemenangnya.

Pergaulan masih layaknya pergaulan selebriti politik yang menggunakan prinsip teman dan lawan sejati adalah kepentingan. 

Begitu kepentingan pragmatis atau target tertentju dapat terpenuhi dan tampil mendominasi dan menghegemoni, maka makna harkat sesama atau nyawa manusia ikut dipertaruhkan.

Model persaudaraan demikian itu wajib disucikan dari pemutlakan kepentingan diri, faksi, atau kelompok. Kalau tidak, atmosfir kehidupan kemasyarakatan dan kenegaraaan ini menjadi sulit mencapai harmonisasi, dan bahkan lebih  menampakkan kondisi yang kontra produktif.

Penyucian atau restorasi ini akan menjadi syarat fundamental untuk membangun atau mewujudkan perikatan persaudaraan yang harmonis dan inklusif.  

Syarat fundamental inilah yang tidak selalu dengan rela dan berbesar jiwa lainnya diikuti oleh setiap diri subyek bangsa, karena di tabgan mereka inilah arah pembangunan keharmonisan makro dalam kehidupan berbangsa ditentukan warnanya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline