Lihat ke Halaman Asli

Abdul Wahid

Dosen Fakultas Hukum Universitas Islam Malang

"Berselancar" Sampai Mati

Diperbarui: 6 Februari 2021   18:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: foto penulis

Oleh :  Abdul Wahid

Setiap orang di dunia ini adalah seorang tamu, 

dan uangnya adalah pinjaman. 

Tamu itu pastilah akan pergi, cepat atau lambat, 

dan pinjaman itu haruslah dikembalikan.
(HR Ibnu Mas'ud)

Apa yang dikatakan Nabi itu sejatinya mengingatkan kita, bahwa hidup di muka bumi laksana tamu, yang tiba-tiba dating tanpa diundang, atau pergi tanpa kita minta atau suruh. Kita bisa "berselancar" demi berebut sesuap nasi, adu kompetisi, menganyam friksi, terlibat dalam perkelahian, dan bahkan mempertaruhkan nyawa, harga diri, dan terperosok dalam bursa kriminalisasi demi "kursi", namun kita tidak pernah tahu kapan jadwal "mati".

Kita sudah diingatkan oleh Nabi untuk menghormati atau menghargai hidup. Hidup diharuskan tidak berakhir tanpa makna dan sia-sia.Kalau sedang terlibat dalam banyak dan ragam "selancar", kita diharuskan berefleksi atau menunaikan hajat spiritualitas, berdzikir atau berelasi vertikal denganNya, bahwa hidup di dunia ini bukan semata-mata "selancar" hedonisme dan amterialisme yang dibangun, tetapi juga "selancar" kepadaNya.

Di negeri ini, sudah banyak ditemukan model manusia yang hanya sibuk "selancar" memburu kepentingan duniawi, memuaskan hasrat maksiat, mengejar ambisi tak kenal titik nadir, atau rajin menapak dalam ranah petualangan yang serba dikalkulasi dengan "uang", sementara apa yang diperbuatnya ini jauh dari ranah "memberi" pada kemaslahatan publik.

"rang sering menanyaiku, apakah aku tahu rahasia kesuksesan dan apakah aku bisa memberikan jalan untuk mewujudkan impian-impian mereka. Jawabanku adalah: kau akan berhasil hanya dengan kerja keras" (Walt Disney).

Selama ini, di tengah masyarakat salah satu penyakit yang dinilai sebagai momok dalam kehidupan seseorang adalah kegagalan. Kata "kegagalan" seolah menjadi musuh bagi siapa saja, khususnya seseorang yang sedang menjalankan aktifitas atau bermaksud mewujudkan pikiran-pikiran, ide-ide, atau gagasan-gagasan briliannya menjadi kegiatan.

Seseorang boleh jadi menilai, bahwa kegagalan merupakan awal menuju kesuksesan. Namun demikian, di hatinya yang paling dalam tentulah ada perasaan sedang menanggung beban berat akibat kegagalannya, atau sekurang-kurangnya dalam pikirannya sedang berkecamuk untuk menyusun cara-cara dan jurus-jurus yang jitu guna keluar dari belitan kegagalan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline