Lihat ke Halaman Asli

Abdul Syahid

Mahasiswa

Budidaya Coix Lacryma-Jobi L sebagai Upaya Pemanfaatan Lahan Berkelanjutan dan Ketahanan Pangan

Diperbarui: 24 September 2020   09:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Kebutuhan manusia akan sumber daya alam hakikatnya tidak dapat dihilangkan. Baik itu dalam pemenuhan kebutuhan primer maupun sekunder bahkan tersier dari setiap sumber daya alam yang dimanfaatkan. Pemenuhan kebutuhan ini berbanding lurus dengan jumlah manusia di muka bumi dimana setiap peningkatan penduduk dunia akan berimbas pada semakin meningkatnya permintaan akan kebutuhan sumber daya alam khususnya untuk bahan pangan sebagai bahan pokok yang harus dipenuhi oleh setiap manusia. 

Pemenuhan kebutuhan pangan seringkali mengorbankan sisi konservasi dan keberlangsungan dari lingkungan alam itu sendiri. Terhitung di Indonesia sendiri berdasarkan BNPB terhitung bulan September 2019 kurang lebih 80% hutan sebagai penyangga stabilitas ekologi dirubah menjadi perkebunan baik perkebunan industrial komersil maupun perkebunan subsistan masyarakat sekitar hutan. 

Dimana seharusnya lahan yang tersedia dapat secara optimal dimanfaatkan potensinya. Pembukaan lahan baru tanpa memanfaatkan lahan yang ada secara maksimal merupakan keputusan keliru karena bukan hanya dapat secara fisik merusak lingkungan tetapi lebih dari itu dampaknya kearah lingkungan ekologi suatu wilayah.

Tentunya ini menjadi isu penting khususnya untuk di Desa Waluran Mandiri yang merupakan bagian dari Unesco Global Geopark Ciletuh-Palabuhan Ratu dimana konsep yang diangkat adalah memuliakan Bumi dan mensejahterakan masyarakat. Bumi sebagai tempat hidup manusia dan mahluk hidup lain harus secara sinergis berdampingan saling bersimbiosis agar keberlangsungan hidup dapat baik untuk seterusnya.  

Permasalahan pemenuhan pangan harus bisa diatasi salah satunya dengan pengelolaan pertanian yang baik dimana dapat memanfaatkan setiap potensi yang bisa dikembangkan salah satunya dengan budidaya Hanjeli. Hanjeli (Coix lacyma--jobi L.) merupakan sejenis tumbuhan biji-bijian tropis dari suku padi-padian atau Poaceae. Tanaman ini berasal dari Asia Timur dan Malaya, namun sekarang telah tersebar ke berbagai penjuru dunia. 

Beberapa varietas memiliki biji yang dapat dimakan dan dijadikan sumber karbohidrat dan juga obat. Tanaman hanjeli tersebar di berbagai wilayah di Indonesia seperti halnya Sumatra,Sulawesi,Kalimantan dan jawa. Jali atau biasa disebut Hanjeli dijawa barat merupakan tanaman pangan keluarga padi-padian yang memiliki segudang manfaat yang jarang diketahui oleh masyarakat, disamping memiliki ketahanan yang tinggi terhadap cuaca dan hama. 

Hanjeli memiliki keunggulan dimana secara efektif dapat memperbaiki kondisi lahan yang terlalu asam kearah normal, hasil praktikum lapangan Pendidikan geografi 2017 menunjukan bahwa ada kecenderungan kenaikan tingkat keasaman ke arah netral sekitar 0,5-1 % dari lahan yang telah lima bulan ditanami hanjeli. 

Hanjeli memiliki kemampuan mengkonservasi lahan sehingga efektif dalam mengembalikan kondisi lahan yang rusak kearah yang lebih baik dan dapat ditanami kembali dengan tanaman lain. Selain itu ketahanannya yang tinggi terhadap lahan dengan kondisi irigasi yang buruk untuk tetap tumbuh dan menghasilkan sehingga menjadi solusi di beberapa daerah yang memiliki curah hujan yang sedang maupun sedikit agar tetap bercocok tanam untuk keberlangsungan hidup didaerah tersebut. 

Selain itu kandungan Hanjeli memiliki kandungan bioaktif sebagai antioksidan yang efektif mencegah kepikunan dan sebagai antikangker sehingga budidayanya sangat menguntungkan. Hanjeli menjadi solusi budidaya ramah lingkungan karena dalam proses penanamannya bisa ditanam diruang terbuka maupun diantara rindangnya pepohonan karena daya adaptasinya yang tinggi. Selain itu dengan budidaya Hanjeli tentunya merupakan salah satu upaya memuliakan bumi dimana penanamannya tidak harus membabat hutan tatapi fleksibel dimana saja.

dokpri

Hadirnya hanjeli diharapkan dapat mengurangi ketergantungan tinggi terhadap nasi. Terhitung berdasarkan data dari detik.com pertahun 2017 ketergantungan masyarakat Indonesia terhadap beras dari beras sampai sekitar 70% perpopulasi masyarakat Indonesia. Sehingga akan mengguncang ketahanan pangan Indonesia jilakau produksi padi diindonesia terganggu. 

Sehingga penting hukum nya mengenalkan kepada masyarakat Indonesia bahan-bahan pokok yang bisa menggantinkan olahan padi ketika kondisi kritis sehingga tidak terjadi kebingungan dan masalah ketika produksi padi di Indonesia menurun. Salah satunya adalah dengan mengenalkan Hanjeli ke masyarakat. Selain bisa diolah menjadi nasi hanjeli, Hanjeli memiliki potensi lebih untuk dikembangkan kearah ekonomi kreatif dan olahan tradisional seperti dodol dan wajit sehingga dapat meningkatkan tingkat ekonomi masyarakat.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline