Sembilan bulan yang lalu tepatnya Rabu (11/3/2020), WHO menetapkan virus Covid-19 sebagai pandemi. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pandemi berarti wabah yang berjangkit serempak di mana-mana, meliputi daerah geografis yang luas. Dari informasi tersebut, dapat diketahui bahwa virus ini sudah menyebar hampir ke seluruh dunia, termasuk Indonesia.
Berdasarkan data per 12 Desember 2020, WHO menyatakan secara global, ada 69.521.294 kasus COVID-19 yang dikonfirmasi, termasuk 1.582.674 kematian. Kemudian berdasarkan data per 12 Desember 2020, di Indonesia sendiri penderita Covid-19 saat ini sebanyak 611.631 dan yang meninggal sebanyak 18.653 orang. Artinya, akibat penularan virus yang begitu cepat, jumlah penderita Covid-19 di dunia internasional maupun nasional sudah sangat banyak, sehingga menimbulkan pandemi yang berkepanjangan.
Dampak pandemi Covid-19 bagi pendidikan
Tentunya pandemi ini memberikan dampak yang signifikan terutama dalam dunia pendidikan. Seluruh lembaga pendidikan di beberapa negara tidak bisa menjalankan aktivitas pembelajaran seperti biasa. Di Indonesia sendiri, mulai dari sekolah TK sampai Perguruan Tinggi tidak dapat menjalankan pembelajaran di dalam kelas.
Problematika tersebut memaksa lembaga pendidikan dan juga pemerintah di Indonesia untuk menciptakan metode pembelajaran baru, agar proses belajar mengajar dapat terus berjalan di masa pandemi ini. Pendidikan jarak jauh (PJJ) ditetapkan oleh kemendikbud sebagai jalan utama demi berjalannya pembelajaran di Indonesia. PJJ adalah pendidikan yang peserta didiknya terpisah dari pendidik dan pembelajarannya menggunakan berbagai sumber belajar melalui teknologi informasi dan komunikasi, dan media lain. Sekarang ini e-learning dan daring menjadi metode pembelajaran yang paling sering digunakan.
PJJ ini, memudahkan pelajar dan tenaga pengajar dalam memanfaatkan program pendidikan melalui internet kapan saja dan dimana saja. Sehingga membuat mereka terbiasa menggunakan teknologi sabagai alat yang positif.
Kemudian, PJJ membutuhkan teknologi komunikasi berupa handphone, laptop, dsb. Masalahnya, tidak semua pelajar memiliki alat komunikasi tersebut. Hal ini akan menghambat proses pembelajaran bagi mereka yang tidak memiliki handphone atau laptop. Terutama bagi mereka yang keadaan ekonominya tidak mendukung.
Kesulitan yang dihadapi saat PJJ
Di tengah kondisi seperti ini, segala usaha dilakukan oleh orang tua demi kelancaran anaknya dalam pembelajaran jarak jauh. Ada yang berusaha secara positif, yaitu bekerja keras sampai larut malam bahkan seharian. Ada juga yang negatif, yaitu mencuri atau merampok karena pengangguran lalu ditekan kebutuhan hidup yang melilit. Tidak menutup kemungkinan, hal buruk tersebut akan terjadi di kehidupan masyarakat.
Selain itu, kebutuhan kuota internet menjadi kendala bagi pelajar. Tanpa kuota internet proses PJJ tentunya tidak dapat berjalan, kecuali jika di hubungkan dengan koneksi wifi. Tapi tidak semua pelajar memiliki wifi dirumahnya. Lagi-lagi hal ini menambah beban bagi pelajar dalam proses pembelajarannya karena kuota internet yang cukup mahal.