Potensi Besar, Tantangan Tak Kecil, Sarjana muda memiliki semangat, energi, dan pengetahuan segar yang sangat dibutuhkan desa. Namun, mereka seringkali harus berhadapan dengan realitas yang jauh berbeda dari ekspektasi mereka di perkotaan.
Tantangan seperti keterbatasan infrastruktur, minimnya fasilitas, dan perbedaan budaya bisa menjadi penghalang besar.
Bukan Sekadar Mengajar, Peran sarjana muda di desa tidak terbatas pada mengajar. Mereka bisa menjadi agen perubahan, memperkenalkan teknologi, inovasi, dan cara berpikir baru. Namun, ini membutuhkan lebih dari sekadar ijazah, melainkan juga kemampuan adaptasi, empati, dan kepemimpinan.
Dalam data Kasus Anak Tidak Sekolah (ATS) di Kabupaten Subang, sangat tinggi. Menurut data Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Subang mencatat sebanyak 21.000 orang Anak Tidak Sekolah.
Yang berusia 7-18 tahun dan paling tinggi di daerah Pantura, ATS merupakan anak yang berusia 7-18 tahun pada tahun 2023 Paling tinggi kasus ATS berada di pantura, dan kasusnya merata mulai di usia SD, SMP, dan SMA.
Kemitraan yang Kuat, Sukses tidaknya program ini sangat bergantung pada kemitraan yang kuat antara sarjana muda, masyarakat desa, pemerintah, dan lembaga swadaya masyarakat. Tanpa dukungan yang komprehensif, upaya mereka akan sia-sia.
Pendidikan yang Holistik, Pendidikan di desa tidak hanya tentang transfer pengetahuan akademik, tetapi juga tentang pengembangan karakter, keterampilan hidup, dan kesadaran akan lingkungan sekitar. Sarjana muda perlu memiliki pemahaman yang mendalam tentang konteks lokal untuk merancang program yang relevan.
Evaluasi Berkelanjutan, Program ini perlu dievaluasi secara berkala untuk melihat dampaknya dan melakukan penyesuaian jika diperlukan. Jangan sampai program ini hanya menjadi proyek jangka pendek yang tidak berkelanjutan.
Saran Konkret:
Pelatihan Khusus, Sebelum terjun ke desa, sarjana muda perlu diberikan pelatihan khusus tentang kehidupan di desa, metodologi pembelajaran yang efektif, dan manajemen proyek.