Lihat ke Halaman Asli

Abdul Rojak

wiraswasta

Karakter Nabi Ibrahim as

Diperbarui: 6 Juni 2022   00:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Jika berada pada bulan Zulhijjah kita diingatkan kembali sosok yang mulia yaitu nabi Ibrahim as. Beliau adalah uswah hasanah yang patut kita teladani. Kisahnya banyak menceritakan keteladanan, prinsip tauhid yang kokoh, demokratis, kritis, dan istiqamah.

Terkait dengan karakter nabi Ibrahim as, Allah SWT berfirman,  "Sesunggunya Ibrahim itu seorang yang amat penyabar, penghiba, suka kembali." (QS. Hud[11]: 75). Ayat ini menjelaskan bahwa ada tiga karakter yang dimiliki nabi Ibrahim as patut untuk diteladani. Pertama, Halim (penyabar). Nabi Ibrahim diuji Allah dengan penantian buah hati selama puluhan tahun. Beliau menyikapinya dengan penuh kesabaran. Selain sabar beliau selalu berdoa kepada Allah SWT, "Rabbi hab li minas-saalihiin." artinya: "Ya Tuhanku, anugrahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh." (QS. as-Saffat [37]: 100).

Allah mengabulkan doa Nabi Ibrahim, yaitu Ismail diutus oleh Allah menjadi seorang nabi. Bahkan garis keturunannya banyak menjadi nabi dan rasul. Sehingga nabi Ibrahim mendapatkan julukan Abul Anbiya' atau bapaknya para nabi.

Setelah mendapatkan apa yang diimpikan, Allah SWT kembali menguji ketaatan dan keikhlasannya. Allah SWT meminta Ibrahim untuk menyembelih Ismail. Perintah ini datang dalam mimpi nabi Ibrahim yang kemudian disampaikan kepada Ismail untuk meminta pendapatnya. "Hai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu". Ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar." (QS. as-Saffat[37]: 102).

Begitulah halnya dalam mendayung bahtera rumah tangga, tidak terlepas dari ujian dan cobaan. Baik ujian ekonomi, karakter pasangan, prinsip hidup maupun menanti buah hati. Hendaklah bagi pasangan suami istri yang sedang menanti buah hati agar bersabar. Jangan saling menyalahkan, merasa dirinya paling benar. Selain sabar, berdoalah kepada Allah layaknya seperti yang dilakukan nabi Ibrahim.  

Kedua, Awwahun (penghiba). Nabi ibrahim kasihan melihat orang lain susah, miskin atau ditimpa musibah. Ketika malaikat bertamu ke rumahnya memberikan kabar bahwa kaum Sodom akan diazab. Nabi Ibrahim protes, beliau kasihan dan khawatir Luth turut tertimpa azab tersebut. Beliau meminta kepada malaikat agar azab itu ditunda jika orang kafirnya sedikit.

Sebagai muslim sejati, hendaklah memiliki sifat penghiba. Kasihan melihat orang susah, sedih melihat orang lain ditimpa musibah atau menolong orang lain yang membutuhkan bantuan. Karena muslim itu, tidak boleh saling membenci, menghina, membiarkan atau menganiaya. Muslim itu ibarat satu tubuh, jika salah satu anggota tubuh sakit, anggota tubuh lainnya turut merasakannya.  

Ketiga, Muniib (suka kembali). Ketika kaum Sodom akan diazab, nabi Ibrahim mengembalikan urusannya kepada Allah SWT. Agar saudara seiman (Luth as) tidak tekena azab tersebut. Begitu juga dengan saat dilemparkan ke kobaran api, nabi Ibrahim mengucapkan doa; "Cukuplah Allah bagiku, Dia adalah sebaik-baik pelindung."

Apapun aktivitas yang kita lakukan, baik urusan dunia maupun akhirat. Selain berusaha dan berdoa, kita dianjurkan untuk berserah diri (tawakal) kepada Allah SWT. Apa pun ketetapan yang diberikan Allah, itulah ketetapan yang terbaik. Wallau a'lam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline