Bercerita tentang wisata memang tiada habisnya, kebanyakanmasyarakat memanfaatkan hari libur untuk berwisata, baik itu wisata pantai,taman nasional, pegunungan dan masih banyak tempat – tempat wisata yang akandikunjungi. Indonesia menyediakan banyak panorama wisata mulai dari hulu hinggakehilir yang memiliki keanekaragaman jenis wisata. Tanah toraja contohnya,ditoraja menyediakan banyak wisata mulai dari wisata Alam, budaya dan masihbanyak destinasi wisata lainnya. . hmmm bukan cerita tentang kolam renang danvilla mewah atau lembutnya pasir putih sambil menikmati sunset di tepi pantai.Sebuah tantangan yang membuat bulu kuduk merinding, citarasa wisata yang cukup berbeda dengan destinasi wisata lain di Indonesia yang kita kenal sebagai negara kepulauan terbesar, sementara yang ini Wisata Kuburan dan tumpukantulang belulang….
Kete Kesu terletak di sebelah selatanRantepao, letaknya tidak jauh dari Rantepao, hanya sekitar 4 km. Dari Rantepaoberkendaralah ke arah selatan, kemudian ada plang penunjuk jalan menuju KeteKesu yang ditandai dengan patung Kerbau (Tedong sebutan toraja), beloklah kekiri. Pemandangan menuju ke Kete Kesu sangatlah indah, bukit-bukit dan sawahterhampar disana.
Biaya masuk bagi wisatawan ke Kete’Kesu adalah Rp10 ribu per orang. Ke’te Kesu merupakan salah satu destinasiwisata sejarah andalan Sulawesi Selatan. Di sini Anda wisatawan akandisuguhi pemandangan dengan nilai sejarah yang begitu tinggi. Secara garisbesar, objek wisata ini dikenal sebagai kawasan rumah adat khas masyarakat TanaToraja yang dinamakan Tongkonan. Dalam bahasa lokal, Tongkonan berasal dari kata tongkon yang artinya tempat duduk. Disebut demikian karena dijaman dahulu, Tongkonan merupakan tempat berkumpulnya kaum bangsawan Toraja.
Dahulu, hanya para bangsawan sajayang berhak memiliki Tongkonan. Namun kepemilikan rumah adat ini tidak dapat dimiliki atas nama pribadi, namun wajib diwariskan secara turun temurun. Ada banyakkeunikan rumah adat khas Toraja ini. Salah satunya adalah bentuk atap Tongkonan yang berbentuk layaknya perahu ataupun tanduk kerbau. Sekilas pandang, bentuk atap yang demikian terlihat mirip seperti Rumah Gadang dari Sumatera Barat.Uniknya, terdapat satu kesamaan dalam pembangunan Tongkonan. Bahwa semuaTongkonan di sana menghadap ke arah utara. Pemilihan arah tersebut bukan tanpa alasan. Menurut cerita, bangunan Tongkonan yang mengarah ke utara tersebut melambangkan asal muasal leluhur dari Tana Toraja. Nantinya pun ketikaada warga yang meninggal dunia, mereka akan berkumbul bersama arah leluhurnyadi utara. Selain bentuknya yang unik, ornamen yang terdapat pada Tongkonan jugatidak kalah menarik. Salah satu ornamen yang terdapat di Tongkonan adalah keberadaan tanduk kerbau yang disusun secara vertikal di halaman depan.
Dalam tradisi di Tana Toraja, jumlah tanduk kerbau menunjukkan status sosial sang pemilik Tongkonan. Jika ad awisatawan yang penasaran akan keunikan Tongkonan, umumnya mereka akan berkunjung ke Ke’te Kesu. Meski demikian, sejatinya Ke’te Kesu sendiri memiliki arti pusat kegiatan. Jadi selayaknya pusat kegiatan di tempat lainnya, selain terdapat tongkonan, di Ke’te Kesu terdapat pula lumbung padi dan peninggalan bangunan dijaman megalith. Di kanan kiri jalan terdapat kios-kios yang menjual souvenir khas toraja. Nanti harus mampir kesitu nih….... Oya, jika ingin melihat tedong bonga / kerbau bonga juga ada disini. Kerbau bonga salah satu aktor utama dalam upacara adat khas Toraja, oleh karena itu harganya sangatlah mahal, dari puluhan hingga milyaran rupiah per satu ekornya. Suku Toraja percaya bahwa arwah membutuhkan bekal (salah satunya kerbau) untuk melakukan perjalanannya menuju Puya (duniaakhirat) dan akan lebih cepat sampai di akhirat jika ada banyak bekal.
Menariknya lagi, tidak jauh dari area Tongkonan dan penjualan souvenir, tepatnya sekitar kurang lebih 100 meter di belakang perkampungan tersebut terdapat pula kuburan kuno. Bukit dilengkapi dengan gua-gua yang diisi peti mati berbentuk kapal kano. Peti mati dibuat dari bahan kayu dilengkapi dengan berbagai macam ukiran.
Menurut tradisi, masyarakat dengan status sosial lebih tinggi dimakamkan di lubang yang lebih tinggi, sementara rakyat jelata diistirahatkan di kaki bukit begitu saja tanpa diletakkan di dalam peti. Tulang belulang yang berusia puluhan bahkan ratusan tahun pun dapat kita lihat dengan jelas berserakan di kaki bukit. Kondisinya ada yang masih utuh, adapula yang sudah berserakan dimana-mana. Yang saya herankan, bagaimana keluarga mendiang dapat mengenali anggota tubuh keluarganya itu.