Lihat ke Halaman Asli

Pengelolaan yang Tertib, Transparansi dan Promosi Lisan Sebagai Faktor Utama Penunjang Kemajuan Pariwisata di Suatu Kawasan

Diperbarui: 25 Juni 2015   20:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13279424201569522010

Pada tanggal 13 Januari yang lalu saya diajak salah seorang kawan memandu rombongan wisatawan dari Padang jalan-jalan ke Kuala Lumpur dan Singapura. Saya menyanggupinya karena bagi saya berkelana di kota Kuala Lumpur dan Singapura sudah biasa bagi saya. Para wisatawan itu amat menikmati sekali perjalanan wisata ini, mungkin saja karena ada yang baru pertama kali keluar negeri, atau menemukan hal-hal unik yang belum pernah mereka alami di negara sendiri.

Tulisan ini tidak untuk membahas tempat-tempat wisata yang saya kunjungi dalam perjalanan ini, saya lebih tertarik membahas kenapa warga negara Indonesia sangat suka berwisata di negara jiran seperti Malaysia dan Singapura? Padahal objek-objek wisata di negara kita tak kalah menariknya dibandingkan dengan yang dimiliki negara-negara tetangga. Kenapa turis-turis asing hanya kenal Bali, padahal banyak tempat-tempat indah di Indonesia yang tak kalah menariknya dengan Bali.

Sepanjang pengalaman saya berkelana di negara jiran, memang banyak keunggulan yang tidak dimiliki oleh tempat-tempat wisata di wilayah Indonesia. Ada 3 faktor yang hendak saya kemukakan dalam tulisan ini yang membuat pariwisata di negara Malaysia dan Singapura sangat digemari oleh orang-orang Indonesia.

Pertama saya perhatikan adalah pengelolaan yang tertib sehingga membuat tempat wisata itu rapi, bersih dan nyaman bagi pengunjung. Mulai dari masuk lokasi wisata sampai keluar lokasi teratur sehingga tidak membingungkan pengunjung, tempat parkir kendaraan, papan penunjuk arah yang jelas dan pusat informasi juga sangat membantu. Kalau saya perhatikan selain menikmati objek wisata, tujuan kedua para wisatawan adalah berbelanja. Semakin banyak wisatawan yang berbelanja makan semakin banyaklah pemasukan/ devisa bagi negara tersebut. Karena itu para pedagang yang berjualan pun diatur sedemikian rupa sehingga para wisatawan yang berbelanja pun merasa puas bertransaksi.

Sebetulnya pasar-pasar tradisional Indonesia sangat berpotensi dikembangkan menjadi objek pariwisata. Saya pernah mengunjungi pasar Payang di Kuala Terengganu yang banyak menjual cenderamata dan makanan khas daerah. Pasar tradisional ini sangat menarik untuk dikunjungi karena bersih dan rapi. Bandingkan dengan kebanyakan pasar tradisional di Indonesia yang kotor, sumpek, kalau hujan becek lagi.

Dari segi transparansi pengelolaan tempat-tempat wisata terutama sekali masalah tarif tempat wisata dan harga-harga makan di negara jiran jelas dan tidak membingungkan. Tiket masuk ke tempat wisata jelas apa2 fasilitas yang didapatkan dengan membeli tiket itu. Parahnya, banyak tempat-tempat menarik di Indonesia dilakukan pungutan tanpa tiket/ karcis yang tidak jelas oleh orang-orang yang bertampang preman. Setelah masuk pun pengunjung tidak mendapatkan rasa aman dan nyaman karena fasilitas yang minim dan tidak terpelihara.

Begitu juga dengan harga-harga makanan, di Malaysia harga makanan dicantumkan dalam daftar tarif di warung dan restoran, lagipula harga-harga bahan makanan di kontrol oleh pemerintah kerajaan. Jika ada yang melanggar aturan dengan menaikkan harga seenaknya maka izin usahanya dapat dicabut. Jadi para wisatawan dapat memilih makanan sesuai dengan selera dan kemampuan dananya tanpa adanya rasa was-was membayar mahal atau dipalak dengan harga yang mencekik.

Saya sangat menyayangkan sekali, masih ada pedagang-pedagang rumah makan atau warung kecil di beberapa daerah tertentu di Indonesia yang membeda-bedakan pengunjung yang datang. Kalau yang datang tampangnya lusuh dilayani ala kadarnya dengan muka masam, tapi jika yang datang orang-orang yang tampangnya keren dengan kendaraan mewah dilayani dengan sangat ramah, tapi setelah itu juga disodori dengan bon yang harganya mencekik. Jika para pedagang makanan berprinsip cari keuntungan seperti ini tidak heran jika orang-orang yang berwisata lebih suka membawa nasi bungkus yang lebih murah dari tempat lain. Ini merupakan kerugian dari segi ekonomi bagi daerah tempat objek wisata itu berada, duit yang seharusnya berputar di kawasannya beralih ke tempat lain.

Terakhir faktor promosi juga mempunyai peranan yang tak kalah pentingnya untuk menarik minat para wisatawan untuk berkunjung ke suatu objek wisata. Dalam pandangan saya pribadi, promosi tidak harus melalui iklan di media cetak dan elektronik. Promosi lisan dari mulut ke mulut jauh lebih penting dibandingkan promosi di media. Orang yang hendak berkunjung ke suatu lokasi tempat wisata biasanya selalu menanyakan keadaan tempat itu kepada orang yang pernah berkunjung ke sana. Jika orang yang pernah berkunjung itu mendapatkan kesan baik dan pengalaman yang menyenangkan selama berkunjung ke lokasi wisata tersebut tentunya dia akan menyarankan orang lain untuk berkunjung ke tempat tersebut. Tapi jika orang yang pernah berkunjung tersebut mendapatkan kesan buruk dan pengalaman yang kurang menyenangkan, sudah tentu pasti dia melarang atau tidak menganjurkan orang lain berkunjung ke tempat wisata tersebut.

Promosi melalui media hanya akan efektif jika didukung oleh promosi lisan dari mulut ke mulut yang disampaikan oleh orang yang pernah berkunjung ke suatu objek wisata.Perlu disadari oleh para pelaku pariwisata di Indonesia, bahwa wisatawan yang datang itu bukan hanya sekedar pengunjung yang berwisata, mereka dapat menjadi alat promosi yang sangat potensial jika mendapatkan kepuasan berkunjung di suatu lokasi. Jika pengelolaan pariwisata dilakukan secara tertib dan transparan, maka usaha promosi untuk menarik minat banyak wisatawan akan lebih mudah dijalankan.

Akhirnya saya mengajak kita bersama baik pemerintah selaku pengatur dan pengelola kebijakan pariwisata, serta pelaku pariwisata seperti pemilik tempat hiburan, tempat penginapan dan tempat makan untuk bersama-sama membenahi industri pariwisata di Indonesia agar lebih tertib dan transparan dalam pengelolaannya sehingga dapat memberikan nilai tambah bagi pelaku wisata dan masyarakatsekitar kawasan wisata dari segi ekonomi melalui promosi yang efektif. Kita harus mengejar ketertinggalan dari Malaysia, Singapura dan Thailand agar industri pariwisata Indonesia lebih maju di masa yang akan datang.

Di bawah ini adalah beberapa foto perjalanan penulis di Malaysia & Singapura:

13279441621740207601

13279447761923851181

13279442461587773576

1327944817475179241

13279439201047868523

Bersama Atase Penerangan Sosial Budaya KBRI Singapura, Fachry Sulaiman, SH.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline