Lihat ke Halaman Asli

Abdul Rahman Saleh

Pustakawan di Institut Pertanian Bogor

Pustakawan

Diperbarui: 23 Februari 2023   10:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Worklife. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Jika kita tanya pada anak setingkat SD apa cita-citanya. Maka mereka dengan fasih menjawab menjawab dokter, guru, insinyur, tentara, dan lain-lain. Dan masih banyak profesi lain yang mereka sebutkan. Mereka kenal apa itu dokter, insinyur, bidan, guru, dan lain-lain. Tetapi hampir pasti tidak ada yang menyebut pustakawan. Bahkan, kalau kita tanya kepada pustakawan sendiri apa itu pustakawan, banyak yang jawabannya masih keliru. 

Oleh karena itu tidak heran bila pada periode kepengurusan IPI lalu pernah ada Sekretaris Jenderal Ikatan Pustakawan Indonesia yang bukan pustakawan, melainkan orang dari IKAPI. IKAPI adalah Ikatan Penerbit Indonesia. Barangkali rekan-rekan pengurus IPI menganggap orang yang berkecimpung dalam dunia perbukuan masih berkeluarga dengan pustakawan.

Beberapa tahun yang lalu saya pernah menghadiri sosialisasi pelaksanaan PP 53 tahun 2010 mengenai disiplin pegawai negeri. Karena kebetulan saya pustakawan di perguruan tinggi, sedangkan sosialisasi tersebut dilakukan oleh Kementerian yang membawahi perguruan tinggi, maka contoh-contohnya banyak menggunakan kasus-kasus yang terjadi pada dosen. 

Namun pada suatu saat pembicara memberi contoh jabatan fungsional lainnya, diantaranya disebut pustakawan. Yang mengejutkan adalah sang pembicara menyebut pekerjaan pustakawan adalah menata buku serta bersih-bersih ruangan. 

Hah... apa iya begitu. Saya betul-betul kaget dan protes. Namun jika dipikir-pikir barangkali hal ini terjadi karena sang pembicara memang tidak mengetahui dengan benar apa sebenarnya yang menjadi tugas pustakawan.

Kejadian ini mengingatkan saya juga kepada peristiwa beberapa tahun sebelumnya yaitu pada saat kongres IPI di Denpasar, Bali. Pada kesempatan "gala dinner" disajikan sebuah hiburan yang dipandu oleh seorang pemandu acara (MC) yang mengaku sebagai penyiar radio lokal di kota tempat kongres dilaksanakan. 

Di depan para pustakawan MC tersebut memuji-muji kemuliaan para pustakawan. Dia mengatakan bahwa pustakawan itu adalah pujangga yang mempunyai kedudukan sangat terhormat. Pujangga? Padahal pujangga menurut Kamus Bahasa Indonesia[1] adalah pengarang sajak (syair dsb) yang tinggi nilainya. Apakah pustakawan sama dengan pujangga? Sama sekali tidak.

Mengapa banyak orang yang tidak mengenal pustakawan? Inilah pertanyaannya. Tidak seperti jika orang mendengar kata dokter, guru, dosen, pengacara, hakim, jaksa, pilot dan lain-lain. 

Orang langsung tahu bahwa dokter adalah profesi seseorang yang tugasnya mengobati orang sakit. Orang langsung tahu bahwa profesi guru adalah seseorang yang bertugas mengajar murid di sekolah. 

Begitu juga dengan profesi-profesi lain. Mengapa ketika orang awam mendengar kata pustakawan mempunyai pengertian yang berlainan atau berbeda-beda? Ini merupakan kegagalan profesi pustakawan dalam meyakinkan masyarakat pengguna profesi ini. Pustakawan tidak mampu memberikan citra yang baik kepada khalayak sehingga khalayak tidak mengenal siapa pustakawan itu. 

Apa pekerjaan pustakawan. Apa syarat untuk menjadi pustakawan. Bahkan pada kesempatan perkenalan mahasiswa Indonesia di Sheffield, Inggris, ketika saya bersekolah di sana ada seorang mahasiswa Indonesia yang terheran-heran ketika saya mengatakan bahwa saya belajar ilmu perpustakaan di Inggris. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline