Lihat ke Halaman Asli

ABDUL NAJIB

Rakyat biasa di NTB

Apa Kabar Demokrasi Indonesia

Diperbarui: 10 November 2023   21:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

@Bung Cahyo (Ketua GmnI Kab. Bima)

Indoneisa akhir-akhir ini telah di kejutkan oleh topic pemuda yang menggunakan kekuatan kereta kilat menuju posisi Cawapres dan secara gamblang telah mensabotase kesempatan serta ruang bagi anak muda lainnya yang hanya bermodalkan prestasi, intelektual, kompetensi serta integritas untuk sampai pada posisi yang di maksud. Akan tetapi dengan modal yang di miliki oleh pemuda pada umumnya sangatlah tidak cukup untuk masuk dalam kualifikasi menuju posisi yang saya tulis di atas. Apakah itu roh demokrasi yang bersemayam di bumi pertiwi ? realitasnya demokrasi kita telah di persekusi lewat politik dinasti yang di eksperimen oleh il principe (Sang Penguasa).

Seantero Pemuda Indonesia telah menjadi saksi bahwa berkesempatan memimpin itu bisa di raih oleh yang berprestasi, berkompeten dan berintelek bukan bertendensi pada kekayaan atau status sosial yang di sebut demokrasi berbasis meritokrasi. Namun secara realita politik nya langkah-langkah untuk meraih berksempatan memimpin telah di sekat tanpa ada tanda ampun oleh anak presiden yang saya sebut sebagai pemuda bercorak instan. Kini harapan-harapan anak muda telah di kubur tanpa menaroh batu nisan dan di gantikan dengan tranding topic nasional "Gibran sebagai cawapres". Mahkamah Konstitusi sebagai benteng demokrasi sekaligus benteng yudikatif telah di remot sesimpel mungkin, yang akhirnya pun bisa di intervensi keras oleh Sang Penguasa. Namun apa, dzat kebenaran dan dzat waktu tidak akan mati, karena telah mengungkap serta menelanjangi hal sirat yang terjadi di Prahara MK yang alhasilnya Gibran Gol menjadi Cawapres. Pelanggaran etik jauh lebih fatal dari pelanggaran pidana dalam tubuh MK, karena berkaitan langsung dengan public etik seorang hakim akan mengakibatkan tingginya tingkat ketidakpercayaan public terhadap internal MK, yang muaranya pada pergantian Ketua MK..

Ingatlah masa sekarang, kita berdiri pada situasi menstabilkan roh demokrasi. Setelah 32 Tahun (Orde Baru) mengalami degradasi kualitatif demokrasi yang sifatnya amat mencekik. Artinya apa, treck record demokrasi di masa lampau tidak kita inginkan itu terjadi kembali di masa sekarang. Kedewasaan Penguasa sudah pada angka over, abuse of power (penyalahgunaan kekuasaan) telah inklusif, check and balance terhadap kekuasaan belum di selenggarakan. People Power via darat mungkin belum menjamur, namun di udara (sosial media) mengenai nihilnya belas kasihan sang penguasa terhadap rakyat telah amat lantang di gaungkan.

Melihat konstalasi ini mengetuk respect saya akan ombang ambingnya irama revolusi. Sang Penguasa sekarang sudah konservatif dan tidak lagi relevan, yang mengakibatkan kemuakan rakyat terhadap kekuasaan hampir sampai pada puncaknya. Kecenderungan rakyat telah mengindamkan membangun irama baru. Dalam situasi yang genting ini akan merembes pada People Power sebagai pemegang kekuasaan yang sejati.

"Hadir tanpa makna, pergi tanpa dirindukan kembali". Inilah diksi fundamental yang menjadi label mewakili amarah rakyat. Mungkin muka geram dari rakyat tidaklah di tampilkan, namun alih-alih resistensi sudah mulai di rancang, itu saya yakini sebagai kebenaran denyutan sukma rakyat secara dominan.

Ambisi mempertahankan kekuasaan dan rakus mengekspansi kekuasaan adalah satu kesatuan perangai gelap dari sang penguasa, serta awal dari bangkitnya despotisme. Hal ini tidak boleh di anggap remeh, persoalan ini menyangkut hajat hidup masyarakat banyak. Jika sang penguasa tidak mengambil cermin dengan segera untuk melihat bayangan sisi-sisi gelapnya, maka kaki serta tangannya perestroika akan bergerak dengan sendirinya untuk mengakhiri buruknya stagnasi ini, sebab perestroika di suatu Negara adalah keharusan sejarah. Apalagi sekarang ini 10 November 2023 momentum memperingati hari pahlawan nasional, jelasnya sisi abadi (seperti tulisan-tulisannya) para pahlawan yang telah gugur di temukan banyak teguran-teguran terhadap kekuasaan yang sekarang, guna untuk cepat sadar dalam hal gunakanlah kekuasaan itu pada roh dan track yang sebenarnya.


Selamat Memperingati Hari Pahlawan Nasional

Bung Cahyo (Abdul Najib)

Ketua DPC GMNI Kabupaten Bima




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline