Rutinitas kaum milenial setiap harinya main hp, sembari menunggu larutnya malam dan menunggu waktun istrahat dengan scrool social media. Di waktu malam yang agak hening ini saya berekspektasi semoga saja buah pena dari saya ini bisa dibaca dan ditela'ah serta dipropagandakan secara positif untuk para pengguna sosal media, terkhusus insan kabupaten bima.
Telah kita ketahui bersama bahwasannya daerah kabupaten bima kita ini atau biasa di kenal "Tanah Keramat" dipimpin oleh BIMA RAMAH selama dua periode dari tahun 2015 sampai akhir hukum semesta yang sudah ditetapkan. Lima tahun periode pertama telah berlalu masa kepemimpinannya Bima Ramah dan daerah kabupaten bima pun indah secara idealis dan bobrok secara materialis dikarenakan manis dalam lisan dan ambruk dalam implementasinya.
Dari ribuan banyak narasi emas yang dikeluarkan, rakyat kabupaten Bima tersenyum akan itu semua. Terlepas dari pada itu seiring berjalannya waktu, kepemimpinan "Bima Ramah" yang penuh dengan dinamika serta dialektika antara pro maupun kontra menghasilkan senyuman palsu rakyat yang penuh pilu.
Periode kedua pun sedang berjalan, sekarang bisa kita lirik dengan seksama bahwasannya bima kita tercinta bahkan dunia sedang menghadapi wabah sakral yang namanya Covid-19. Wahai Pemimpin dana maja labo dahu, walupun daerah ini sedang tidak baik-baik saja jangan hanya menghasilkan seruan penerapan prokes saja, karena pada hakikatnya kesehatan itu bukan hanya bertendensi pakai masker dan jaga jarak, akan tetapi perhatikanlah perut rakyat mu yang lapar maupun yang terlantar.
Lanjut ke konteks arah dan tujuan bima kita tercinta ini mau dikemanakan. Terkait "BIMA RAMAH" apa sih filosofinya "BIMA RAMAH" yang di maksud? esensinya sekarang bisa kita saksikan bersama Bima yang dipertontonkan dengan kegaduhan, Bima yang diselimuti oleh pertikaian, dan bima yang di kelilingi oleh banyaknya kesukaran-kesukaran lebih utamanya dialami oleh masyarakat kabupaten bima.
Renungilah wahai pemangku kebijakan kabupaten, jadilah pemimpin yang bisa mengayomi rakyat mu agar rakyat mu tidak selamanya tersenyum dalam pilu atas lisan yang engkau lontarkan selama kepemimpianan mu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H