Lihat ke Halaman Asli

Abdul Munawar

Teacher, Motivator, Enterpreneur, Konten Kreator, Penulis

Secangkir Kopi, Mengapa Hati Kehilangan Cahaya Kebenaran Engga Peka saat Melihat Kebatilan?

Diperbarui: 1 Oktober 2024   16:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Kemaksiatan

Kebatilan, dalam maknanya yang luas, mencakup segala sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran baik itu berupa tindakan, ucapan, maupun pengaruh dari lingkungan sekitar. Ibrahim bin Adham, seorang tokoh sufi terkemuka, pernah berkata: "Banyak melihat kebatilan akan menghilangkan pengetahuan tentang kebenaran dari dalam hati." Apa maksud dari ungkapan ini, dan bagaimana hal itu dapat terjadi?

Dalam kehidupan modern, kita sering kali terpapar berbagai hal negatif baik melalui media sosial, berita, atau pergaulan sehari-hari. Seseorang yang terus-menerus menyaksikan perbuatan-perbuatan buruk seperti kebohongan, kezaliman, dan dosa, lama-kelamaan akan menjadi terbiasa. Hatinya akan perlahan-lahan mati rasa terhadap dosa, dan seiring waktu, ia tak lagi mampu membedakan antara yang benar dan salah. Inilah bahaya terbesar dari kebatilan.

Misalnya, seorang remaja yang sering menonton konten-konten berisi kekerasan atau maksiat di media sosial mungkin pada awalnya merasa terganggu. Namun, jika terus-menerus menontonnya, ia akan mulai menganggap hal tersebut sebagai sesuatu yang biasa. Hatinya mulai kehilangan kepekaan terhadap apa yang benar dan yang salah. Inilah yang disebut Ibrahim bin Adham sebagai hilangnya pengetahuan tentang kebenaran.

Apa Kata Al-Qur'an Tentang Dampak Kebatilan pada Hati? 

Allah SWT menjelaskan dalam Al-Qur'an bahwa perbuatan buruk dan dosa bisa meninggalkan noda di hati manusia. Dalam Surah Al-Mutaffifin ayat 14, Allah berfirman:

كَلَّا بَلْ رَانَ عَلَىٰ قُلُوبِهِم مَّا كَانُوا يَكْسِبُونَ

"Sekali-kali tidak! Bahkan apa yang mereka kerjakan itu telah menutupi hati mereka." (QS. Al-Mutaffifin: 14)

Ayat ini menggambarkan bahwa dosa yang terus-menerus dilakukan akan menutupi hati, hingga hati menjadi keras dan sulit menerima kebenaran. Contoh praktisnya, seseorang yang terbiasa melakukan kecurangan di tempat kerja. Pada awalnya mungkin ada rasa bersalah, tetapi jika dilakukan berulang-ulang, rasa bersalah itu hilang, dan kecurangan menjadi kebiasaan yang seolah-olah wajar.

Dosa Dapat Merusak Hati : Apa Kata Rasulullah SAW

Rasulullah SAW dalam haditsnya juga memperingatkan dampak dosa terhadap hati:

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline