Dalam setiap langkah kehidupan, niat memiliki peran yang sangat penting. Niat bukan sekadar bisikan hati, tetapi ia menjadi pembeda antara tradisi atau kebiasaan sehari-hari dan ibadah yang bernilai di sisi Allah. Niat adalah inti dari setiap tindakan, yang memberikan makna dan arah bagi apa yang kita lakukan, mengubah rutinitas menjadi amalan yang bernilai di sisi Allah SWT.
Misalnya, mari kita lihat aktivitas sehari-hari seperti bekerja. Banyak orang bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup, seperti membayar tagihan atau membeli makanan. Namun, jika pekerjaan tersebut dilakukan dengan niat yang benar misalnya, untuk mencukupi nafkah keluarga dan menjaga keberkahan rezeki maka pekerjaan itu berubah dari sekadar rutinitas menjadi ibadah. Sebaliknya, jika seseorang bekerja hanya demi ambisi pribadi atau bahkan untuk memperoleh harta secara tidak halal, niat tersebut mengubah pekerjaan yang seharusnya baik menjadi sesuatu yang tidak bernilai di hadapan Allah.
Begitu juga dengan contoh lain, seperti belajar. Siswa yang menuntut ilmu dengan niat untuk menjadi pribadi yang bermanfaat bagi masyarakat dan untuk mengamalkan ilmunya sesuai dengan tuntunan agama, maka belajarnya tidak sekadar upaya mencapai prestasi dunia, melainkan menjadi ibadah. Sebaliknya, jika seseorang belajar hanya untuk meraih gelar atau demi pujian dari orang lain, maka nilainya pun hanya sebatas duniawi.
Allah SWT menegaskan tujuan penciptaan manusia dan jin dalam firman-Nya:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَا لْاِ نْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ
"Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku." (QS. Adz-Dzariyat: 56)
Ayat ini menjadi pengingat bahwa segala sesuatu yang kita lakukan, jika disertai dengan niat yang ikhlas untuk ibadah, akan bernilai di hadapan Allah SWT. Niat yang benar mengubah aktivitas duniawi menjadi amal shalih yang berpahala.
Namun, niat yang ikhlas tidak selalu mudah dijaga. Dalam dunia yang penuh dengan godaan materi dan perhatian terhadap penampilan, kita sering kali tergoda untuk melakukan sesuatu demi pujian, popularitas, atau keuntungan pribadi. Misalnya, dalam bersedekah, ada perbedaan besar antara seseorang yang memberi karena ingin membantu orang lain dan seseorang yang memberi karena ingin dipuji atau mendapatkan penghargaan. Hadits Rasulullah SAW mengingatkan kita akan hal ini
إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى
"Pastinya setiap amal perbuatan hanya tergantung pada niatnya, dan seseorang akan mendapatkan sesuai dengan apa yang ia niatkan." (Bukhari Muslim)
Hadits ini menekankan bahwa nilai dari setiap perbuatan diukur dari niat yang mendasarinya. Sebuah amal yang tampak kecil, seperti memberi segelas air kepada orang yang kehausan, jika dilakukan dengan niat ikhlas karena Allah, bisa menjadi amal yang sangat besar di sisi-Nya. Sebaliknya, amal yang tampak besar, seperti menyumbangkan sejumlah uang dalam acara amal, bisa kehilangan nilainya jika niatnya hanya untuk mencari popularitas atau gengsi.