Tidak banyak sosok politisi yang bertahan pesonanya meskipun tidak lagi berkuasa. Dalam banyak kesempatan menyertainya, ia selalu dihampiri oleh oleh msyarakat biasa untuk sekedar berswaphoto dan menyalaminya. Dalam gestur mereka terlihat tulus dan bangga bisa bertemu. Saya bergumam dalam hati, kehangatan ini bukanlah pencitraan. Ini suasana asli dan autentik.
Di musim pilkada 2024, sebagai kader partai senior, hampir lima tahun lebih tidak menghadiri forum masyarakat Kalbar yang pernah dipimpinnya selama sepuluh tahun, 2008-2018. Kemarin, Kamis (21/11/2024) malam pada acara Silaturhami Mayarakat Kalbar di Pontianak ia kembali naik panggung bersama tokoh nasional asal Kalbar lainnya, Osman Sapta Odang (OSO). Kehadirannya sebagai tokoh partai yang mengusung pasangan Ria Norsan-Krisantus Kurniawan dalam pemilihan Gubernur-Wakil Gubernur di Pilkada 2024.
Bagi masyarakat Kalbar terutama masyarakat Dayak, sosok Cornelis belum tergantikan oleh sosok lainnya. Banyak tokoh Dayak Kalbar yang sudah menasional. Tetapi peran dan pengaruhnya belum sekuat Cornelis. Sehingga, kekuatan elektoral Cornelis diprediksi akan berkontribusi signifikan secara elektoral untuk memenangkan pasangan NKRI (Norsan-Krisantus). Lima tahun lalu, ketika pasangan Karolin-Gidot dikalahkan tipis oleh pasangan Sutarmidji-Ria Norsan diantaranya karena komposisi pasangan. Pasangan dr. Karolin Margret Natasa-Suryadman Gidot, M.Pd berhasil mengumpulkan 1.020.017 suara (40,4%) suara. Sementara pasangan Sutarmidji-Ria Norsan memperoleh 1.334.512 suara (51,55%). Kini, Ria Norsan berpasangan dengan calon yang berasal dari PDIP dan berbasis pemilih maysrakat Dayak dimana sosok Cornelis berada di belakngnya.
Cornelis dan NKRI
NKRI dalam konteks ini adalah padanan dari nama psaangan calon bernama Ria Norsan dan Krisantus Kirniawan. Bisa juga bermakna simbolik sebagai pasangan yang mengawnikan keragaman mayarakat Kalbar terutama dari sisi kepenganutan agama dan etnis. Ria Norsan dapat disimbolisasi sebagai "Muslim-Melayu", semantara Krisantus Kurniawan lenih dekat dengan atribut "Dayak-Non-Muslim". Kombinasi ini sejalan dengan fakta keragaman di masyarakat Kalbar. Dari aspek keterwakilan, pasangan ini secara ideal relatif dapat memenangkan kompetisi. Namun demikian, dalam kontestasi politik sering muncul variabel lain yang seringkali dapat menentukan kemanangan. Dinataranya adalah kekuatan logistik yang lebih dekat dengan karakter pemilih Indonesia saat ini tidak terkecuali di Kalimantan Barat yang termanifestasi dalam politik uang.
Ungakapan on Lucchesi, saat bicara pada Vincent Corleone dalam 'The Godfather III' ,enarik disimak, "Bagaimana mungkin Anda mengaku tidak paham politik dan uang? Anda paham menggunakan senjata kan? Uang adalah 'senjata', politik adalah 'mengetahui kapan waktu yang tepat untuk menarik pelatuknya". Eduksai politik yang disampaikan oleh Cornelis untuk tidak tertipu dengan uang 100-200 ribu pada pertemuan itu adalah semangat menjaga kualitas demokrasi dan pencarian pemimpin yang berkarakter. Edukasi ini tidak harus dimaknai sebagai politik minim logistik. Karenanya, kombinasi antara kekuatan endorsment dari tokoh perpengaruh, pasangan calon yang mumpuni, dan ketercukupan logistik menjadi variabel yang rasional dan terukur. Selebihnya adalah kerja-kerja lapangan dan masalah garis tangan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H