Tanpa sadar...timnas yang merupakan entitas suatu bangsa dan representasi dari seluruh anak negeri kini nasibnya sangat memprihatinkan. Timnas sudah dijadikan suatu alat dan sarana untuk mencapai keberhasilan suatu kelompok, bukan negara.
Dibawah kepemimpinan Prof Djohar Arifin, timnas bagai terombang-ambing dan tak jelas warnanya. Sudah jelas PSSI dibawah kepemimpinan Prof DA memiliki legalitas namun tak bisa dipungkiri timnas ini bukanlah harapan para pecinta sepakbola nasional. Fakta memperlihatkannya: Setiap laga timnas selalu sepi penonton. Jumlah maksimal suporter yang datang hanya mentok pada kisaran seribuan orang. Kita bisa membandingkannya dengan timnas era sebelumnya yang selalu dipadati oleh puluhan ribu orang. Bahkan membandingkan dengan laga antar klub saja masih kalah ramai. Coba lihat laga Persegres vs Arema , laga Persib vs Sriwijaya dan banyak partai lain yang dilakukan klub-klub ISL yang melebihi 20.000 penonton.
Namun, para petinggi PSSI tak kehabisan akal untuk menutupi fakta yang ada. Propaganda masih terus dilancarkan dalam rangka menutupi fakta ini dan juga segala kebijakan lainnya terkait: pemain, klub, liga. Penyesatan yang telah mereka lakukan semenjak berkuasa di PSSI bisa dilihat dari kerangka teori komunikasi media massa:
1. Name Calling
Propaganda dengan memberikan ide atau label ataupun gelar yang buruk. Prof DA dkk Memunculkan istilah Anasionalis atau tidak memiliki jiwa nasionalis . Setiap pihak yang tidak setuju dengan keberadaan timnas djohar dicap anasionalis. uniknya pemerintah yang tidak mendukung timnas ini tidak mendapat perlakuan yang sama.
(Untuk lingkup kompasiana: tak luput dari segala gelar: bakrie mania, karyawan roti, KPSI lover......bila dikatakan ISL Lover sih ane setuju banget :) )
2. Glittering Generalities
Propaganda ini menonjolkan suatu kebijakan luar biasa yang ditujukan kepada dirinya yakni Prof DA dkk. Cara ini dilakukan untuk mempengaruhi persepsi masyarakat agar para pencinta sepakbola nasional ikut serta mendukung kepengurusan Prof DA dkk sampai masa bakti berakhir. Statemen2 yang jelas terlihat: memberantas mafia, pembinaan usia dini, menendang politik dari sepakbola, manajemen profesional dll.
3. Plain Folk
Propaganda ini bertujuan agar si target yakni pihak yang berkepentingan dalam sepakbola baik suporter, pemain dan pengurus klub bisa mendekat dan berbaur dengan Prof DA dkk . Mereka mencitrakan diri sebagai orang bersahaja, sederhana, kebapaan, ulama dll. Istilah 'kembali ke rumah' sering dilontarkan untuk merayu para penentang kebijakan Prof DA dkk.
Sebenarnya masih ada lagi yang lain namun karena tidak terbiasa menulis terlalu panjang ane batasi pada 3 point saja. Dari ke-3 point saja semuanya sudah terpatahkan dengan fakta yang ada. Suporter tetap tak bergeming, kejahatanpun dilakukan oleh Prof DA dkk (kasus tibo, kloning klub, sunat gaji pemain dan wasit).