Lihat ke Halaman Asli

Abdul Marta Nurdin

Kepala Sekolah SMK Negeri 1 Tangerang Selatan

Dilema Etikaku

Diperbarui: 14 Februari 2023   08:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Sebagai Kepala Sekolah, masalah kesiswaan merupakan "makanan sehari-hari" , mulai dari masalah ringan maupun masalah berat. Sebagai pemimpin adalah bagaimana menyikapi dan menyelesaikan masalah tersebut dengan baik dan bijaksana.

Kebetulan saya adalah Pengajar Praktik Calon Guru Penggerak Angkatan 6, secara kebetulan sedang mengikuti daring elaborasi pemahaman modul pembelajaran 3.1 tentang "Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-nilai Kebajikan" dalam modul ini banyak dibahas tentang permasalahan-permasalahan pemimpin pembelajaran atau kepala sekolah dalam mengambil keputusan.

Dalam pembelajaran dibahas pula tentang praktik pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan sebagai seorang pemimpin. Dan juga bagaimana mengidentifikasi jenis-jenis paradigma dilema etika yang dihadapi oleh dirinya sendiri maupun orang lain, serta sikap reflektif, kritis, kreatif, dan terbuka dalam menganalisis dilema tersebut.

Dalam menjalankan perannya, tentu seorang pemimpin di sekolah akan menghadapi berbagai situasi dimana ia harus mengambil suatu keputusan dimana ada nilai-nilai kebajikan universal yang sama-sama benar, namun saling bertentangan. Situasi seperti ini disebut sebagai sebuah dilema etika. Disaat itu terjadi, keputusan mana yang akan diambil?

Tentunya ini bukan keputusan yang mudah karena kita akan menyadari bahwa setiap pengambilan keputusan akan merefleksikan integritas sekolah tersebut, nilai-nilai apa yang dijunjung tinggi oleh sekolah tersebut, dan keputusan-keputusan yang diambil kelak akan menjadi rujukan atau teladan bagi seluruh warga sekolah dan lingkungan sekitarnya.

Konsep diatas, belum lama ini saya alami, dan cerita awalnya pun sudah saya tulis dalam kolom kompasiana beberapa waktu yang lalu, tepatnya pada tanggal 17 Januari yang berjudul "memutuskan kebaikan" .

Dimana terjadi kasus, anak kelas 12 membawa miras (minuman keras) ke sekolah. Awalnya, siswa ini diberikan kesempatan untuk dibina sekolah melalui kesiswaan, mengingat kelas 12 tinggal beberapa hari lagi selesai belajar, dan menghadapi uji kompetensi. Pembinaan yang diberikan cukup berat, karena jika sedikit saja melakukan kesalahan maka tidak akan ditolerir lagi.

Namun beberapa hari berjalan pembinaan, mendapat reaksi penolakan oleh beberapa guru yang menyatakan keberatan atas masih adanya siswa tersebut.Hal ini dikarenakan sesuai dengan tata tertib sekolah, siswa tersebut telah melakukan pelanggaran berat. Jika tidak dikeluarkan akan menjadi preseden buruk bagi siswa-siswa yang lain.

Dalam keadaan ini, maka termasuk dalam dilema etika, karena termasuk dalam nilai-nilai kebajikan universal yang sama-sama benar. Satu sisi berpihak kepada anak karena sudah kelas 12 yang sebentar lagi selesai, satu sisi penegakan wibawa tata tertib sekolah.

Kisah nyata ini sungguh menguji sikap kepemimpinan kepala sekolah, dan mungkin akan banyak pendapat dan selisih pendapat terhadap keputusan sekolah yang akan diambil nantinya. Hal ini adalah sangat wajar, mengingat terdapat perbedaan karakteristik, sosial budaya tiap sekolah dan ini menjadi dipermaklumkan. Sehingga bisa jadi keputusan yang saya ambil, ada pro dan kontra.

Semoga pengalaman saya ini dapat dijadikan tambahan wawasan bagi teman-teman kepala sekolah dimanapun, agar lebih bijak mengambil keputusan dengan memperhatikan banyak aspek, baik aspek internal maupun eksternal.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline