Lihat ke Halaman Asli

Dul

Orang biasa

Perlu Dikaji Hadits yang Tidak Menerima Perbedaan

Diperbarui: 5 November 2024   09:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pengunjung Vihara saat memasuki gerbang. Foto:dul

Sekitar 30 menitan saya duduk di depan Vihara Welas Asih Kota Cirebon. Sabtu, 02 Nov 2024. Pandangan saya menarik perhatian saat rombongan mahasiswa memasuki gerbang Vihara dengan penuh suka cita. Mereka langsung mengambil gawai dari tasnya dan mengambil gambar swaphoto.

Nanay salah satu rombongan mahasiswa akan mengikuti kegiatan Studi Agama dan Kepercayaan yang diadakan oleh Fahmina ini.

"ini adalah pengalaman pertama mengunjungi Vihara dan menemui para penganutnya, Senang dan sedikit janggung sih!".

Mahasiswa semester 1 kelahiran kota Cirebon merupakan lulusan pesantren di Jakarta Timur mengenang saat menjadi santri tidak punya pengalaman berkunjung dan berinteraksi dengan yang berbeda keyakinan, di pesantren yang ia tempati sebagai tempat untuk mempelajari agama mengajarkan bahwa kalau bertemu dan bergaul dengan satu kaum (yang berbeda keyakinan) akan menjadi kaum tersebut.

"Ini pertemuan kedua di Studi Agama dan Kepercayaan yang dilakukan oleh Fahmina dari tujuh agenda pertemuan yang akan dilakukan di tempat rumah ibadah lainnya". Ujar Nanay saat diwawancara.

Kegiatan ini bagi Nanay membuka pandangan tentang keberagaman suku dan keyakinan yang ada di bangsa ini, ini adalah keniscayaan yang harus di rayakan. semua masyarakat.

"aneh aja sih ada orang yang nggak menerima perbedaan". Ujar Nanay menyangkan prilaku masyarakat yang tidak menerima perbedaan.

Ia adalah pengagum Gus Dur, menurutnya adalah Gu Dur pemersatu bangsa. Qoute yang paling ia suka darinya adalah "yang lebih penting dari politik adalah kemanusiaan". Bagi Nanay memaknai kalimat itu puncak tertinggi jabatan adalah yang memperhatikan kemanusiaanya manusia.

Meskipun ia ditempa di Pondok Pesantren yang tidak menerima perbedaan ia tidak menutup diri ia merasa beruntung ekosistem di tempat baru mendukung kampusnya mempunya misi dan visi yang membuka pemikirannya, menerima perbedaan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline