Lihat ke Halaman Asli

3 Cara agar Berdamai dengan Masa Lalu

Diperbarui: 25 Maret 2023   21:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Senin, 20 Maret 2023

Abdul Latif PAI 6C STAI AlHamidiyah Jakartsa.

Hidup ini terdiri dari kejadian demi kejadian dalam waktu yang terus melaju. Di antara banyaknya kejadian, ada beberapa yang memerlukan waktu lebih banyak untuk di proses. Sayangnya, waktu tidak bisa menunggu. Sehingga hal ini membuat kita menjadi manusia yang hidup dimasa kini dengan banyak urusan yang belum selesai di masa lalu.

Kejadian-kejadian yang mungkin kita tunda penyelesaiannya biasanya yang menyakiti perasaan kita. Contoh : dibohongi, dikecewakan, dikhianati, direndahkan, diintimidasi, ditinggalkan dsb. Kejadian demikian kerap menciptakan ruang untuk mendendam dalam diri kita. Dendam inilah yang kita bawa hingga masa kini dan sejatinya ia adalah beban masa lalu.

Ciri bahwa kita memiliki beban masa lalu diantaranya,: Menghindari seseorang, Menghindari suatu tempat, Menghindari hal apapun yang berkaitan dengan suatu kejadian

Disaat masa sekarang datang dengan sangat banyak kesempatan, kita jadi terlalu sibuk menghindar. Lama-kelamaan kita seperti orang yang dikejar-kejar hutang. Energi jadi habis lebih banyak dari yang seharusnya. Kita mulai menjadi lebih sensitif dan melampiaskannya pada orang-orang disekitar kita. Secara garis besar, kualitas hidup jadi menurun.

Disisi lain, kita menjadi terlalu lemah untuk mereka kembali kejadian-kejadian tersebut. Dalam keadaan saat ini, emosi kita terlalu berantakan untuk menuju damai. Lantas, apakah artinya kita tidak bisa?

Jawabannya adalah bisa. Cara-cara yang bisa anda lakukan ?

  1. Anda bisa memulainya dengan bercerita dengan orang yang dipercaya. Mungkin sahabat atau pacar. Sebisa mungkin berceritalah dengan orang yang netral. Tujuannya adalah agar anda mendapat sudut pandang baru dari kejadian yang menyakitkan anda. Seringkali sudut pandang yang baru adalah sesuatu yang kita butuhkan untuk bisa memahami kejadian lebih bijaksana.
  2. Melatih sikap mindfulness. Artinya menjalani hidup dengan prinsip here & now. Bertanyalah pada diri anda sendiri "apakah ada keuntungan yang aku peroleh dari mendendam?" "apakah ada hal baik yang bisa kujadikan pelajaran melalui kejadian ini?
  3. Belajar memaafkan. Memaafkan tidak sama dengan melupakan. Bila anda melupakan sesuatu, belum tentu anda sudah memaafkannya. Namun, saat anda sudah memaafkan, maka anda akan tetap mengingat kejadiannya namun tidak terasa terganggu dengan hal itu lagi. Memaafkan adalah sebuah keputusan. Kesalahan sebesar apapun bisa dimaafkan jika anda memutuskan untuk memaafkannya.

Bagaimana bila masih terasa sulit untuk memaafkan?

Jadi bisa saya simpulkan bahwa Apabila anda merasa terlalu sulit untuk memaafkan saat ini, maka beri waktu untuk menerima bahwa anda sedang berproses menuju maaf. Jika anda memaksa diri anda untuk melupakannya sejak awal, maka anda kehilangan kesempatan untuk memaafkannya. Kadang, dengan menyadari bahwa kita tengah marah dan mendendam serta belum mampu memaafkan, rasa marah itu terurai sendirinya saat anda sedang memikirkannya. Proses memaafkan itu sudah dimulai sejak anda memikirkan opsi "memaafkan". Saat anda bisa berkata "rasanya sulit untuk melakukannya" artinya anda sudah mengawali proses tersebut.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline