Lihat ke Halaman Asli

Abdullah Zain

Mahasiswa Universitas Diponegoro

Puisi: Warisan Bapak

Diperbarui: 16 Maret 2021   23:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar: id.depositphotos.com/

Warisan Bapak

Bukan luasan tanah, apalagi hamparan sawah.
Bukan pula perhiasan, apalagi harta berlimpah.
Hanya besi tua yang kaya akan kenangan.
Besi tua yang penuh perjuangan.

Besi tua itu adalah sang penjelajah.
Disetiap roda berputar, disitu ada cerita.
Besi tua yang harusnya sudah pensiun.
Tapi apalah daya, semangatnya masih membara.

Rasa bangga selalu melekat saat aku menungganginya.
Betapa gagahnya, biarpun tua tak mau kalah dengan yang muda.
Suaranya gahar, menggelegar.
Membuat nyali para besi muda ciut.

Setianya selalu menemani kemanapun aku pergi.
Membelah sawah dengan bentangan padi di kanan kiri.
Menanjak gunung dengan hamparan pohon cemara.
Menyapa pesisir dengan paparan pohon kelapa.

Sungguh besi tua yang mengasyikkan
Besi tua warisan bapak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline