Pendidikan bukan hanya sekadar proses transfer pengetahuan, tetapi juga wadah untuk membentuk manusia yang berpikir kritis, reflektif, dan berdaya. Dalam sejarahnya, teori pendidikan berkembang sebagai respons terhadap kebutuhan masyarakat dan tantangan zaman. Berbagai pemikir seperti Paulo Freire dan Jrgen Habermas telah berkontribusi besar dalam memperkaya pemahaman tentang pendidikan. Salah satu konsep yang mencolok adalah teori pendidikan banking, yang menjadi kritik utama Freire terhadap sistem pendidikan tradisional.
Paulo Freire, seorang pendidik asal Brasil, menawarkan pendekatan revolusioner dalam teori pendidikan melalui bukunya yang terkenal, Pedagogy of the Oppressed. Freire mengkritik model pendidikan tradisional yang ia sebut sebagai banking education. Dalam pendekatan ini, guru dianggap sebagai pihak yang serba tahu, sementara siswa dianggap seperti "tabungan kosong" yang hanya menunggu diisi oleh pengetahuan guru.
Menurut Freire, model ini tidak hanya pasif tetapi juga menindas, karena menghalangi siswa untuk berpikir kritis dan berpartisipasi aktif. Sebagai gantinya, Freire mendorong konsep problem-posing education, di mana pendidikan menjadi dialog antara guru dan siswa. Guru tidak hanya memberikan pengetahuan tetapi juga belajar bersama siswa untuk menemukan solusi atas masalah nyata yang dihadapi masyarakat.
Pendekatan ini berfokus pada pembebasan manusia, khususnya mereka yang tertindas, dengan membantu mereka memahami kondisi sosial, ekonomi, dan politik yang mengekang mereka. Dalam pandangan Freire, pendidikan harus menjadi alat untuk menciptakan kesadaran kritis (critical consciousness) yang mendorong perubahan sosial.
Jrgen Habermas, seorang filsuf dan sosiolog Jerman, menawarkan pandangan berbeda tentang pendidikan melalui teori komunikasinya. Habermas percaya bahwa pendidikan harus menjadi ruang untuk diskusi rasional dan komunikasi yang bebas dari distorsi. Dalam kerangka teori tindakan komunikatifnya, Habermas menekankan pentingnya interaksi antara individu yang setara untuk mencapai pemahaman bersama.
Dalam pendidikan, Habermas mendorong pendekatan yang demokratis, di mana semua pihak memiliki kesempatan untuk menyuarakan pendapatnya. Hal ini bertujuan menciptakan ruang dialog yang inklusif, di mana peserta didik tidak hanya menerima pengetahuan tetapi juga mampu mengkritisi, mempertanyakan, dan memahami makna di baliknya. Pendidikan, menurut Habermas, harus membantu siswa menjadi warga yang aktif dalam masyarakat demokratis.
Berbagai teori pendidikan, termasuk pemikiran Freire, Habermas, dan kritik terhadap model banking, menunjukkan betapa pentingnya pendidikan yang berfokus pada pembebasan, dialog, dan kesetaraan. Pendidikan bukan hanya tentang menyalurkan pengetahuan, tetapi juga tentang membangun individu yang mampu berpikir kritis, menghargai keberagaman, dan berkontribusi dalam menciptakan masyarakat yang lebih baik. Dalam dunia yang terus berubah, kita membutuhkan pendekatan pendidikan yang tidak hanya mengajarkan apa yang harus diketahui, tetapi juga bagaimana memahami dan mengubah dunia.
Ditulis oleh : Naufal &Yafi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H