Manusia gagal paham bila Ilmu Agama hanya mencakup akal pikir dan hati...
Karena Agama diwahyukan untuk pembangunan Spiritual Manusia, melalui Wahyu spiritualnya Para Nabi...
Jadi tidak ada Wahyu Para Nabi disampaikan melalui akal pikir atau hatinya Para Nabi..
Oleh sebab itu seorang Nabi tidak mempunyai Guru sesama Manusia, yang mengajari akal dan hatinya dengan Ilmu Agama...
Semua Wahyu, semua petunjuk kepada Nabi disampaikan melalui spiritualnya yaitu Ruh atau Jiwanya..
Agama diturunkan bukan untuk konsumsi akal pikir dan hati saja, dan bukan untuk sekedar melaksanaka ritualnya saja, juga bukan sekedar meniru tingkah laku para Nabinya, namun tidak mengerti maknanya...
Akan tetapi Agama diturunkan untuk membangun sisi spiritual Manusia yaitu Ruh yang "ditiupkan" ketika usia manusia 4 bulan dalam kandungan..
Sehingga Ruh tersebut menjadi sempurna dalam diri Manusia, lalu dapat membimbing Manusia dalam Ibadahnya kepada TUHAN YANG MAHA ESA...
Agama bukan merupakan produk akal pikir atau hasil dari ciptaan akal pikir Manusia, akan tetapi merupakan pengalaman spiritual para Nabi Allah, semisal penerimaan wahyu, mendapatkan keajaiban, mendapatkan bimbingan, dll, dan pengalaman Para Nabi tersebut merupakan pengajaran langsung dari TUHAN melalui Ruh nya dan lalu dititahnya Beliau untuk mengajarkanya pada umat Manusia...
Pengalaman spiritual inilah yang dijadikan Kitab Suci sesuai dengan Kehendak TUHAN YME...
Oleh karena itu Para Nabi Allah tidak mempunyai Guru sesama Manusia, atau juga Para Nabi tersebut tidak bertemu langsung dengan TUHAN YME, untuk diajarkan Agama oleh-NYA, namun melalui Ruh nya Para Nabi mendapatkan bimbingan langsung dari TUHAN YME, karena hanya melalui Ruh-lah Manusia mampu "berkomunikasi" dengan Sang Illahi...
Oleh karena itu pula semua ilmu Agama tidak hanya mencakup ilmu ragawi, duniawi, tapi harus pula mampu membangun hidupnya sisi spiritualnya, karena justru kehidupan spiritual Manusia ini yang akan membantu selama hidupnya di dunia maupun kelak hidup dialam kelanggengan, layaknya Para Nabi Allah yang mampu beribadah sesuai kehendak DIRI-NYA, dan inilah yang dinamakan mengikuti jejak Nabi Allah, tapi bukan menirunya...