Lihat ke Halaman Asli

Katanya Capres

Diperbarui: 26 Maret 2019   12:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Saya gak ngerti pada pemikiran orang-orang yang pro atau kontra capres cawapres...

Apakah mereka betul-betul sangat tahu seperti seorang Bapak mengenal kepada anaknya, atau seperti seorang anak mengenal kepada Bapaknya ? 

Sehingga mampu memperjuangkan pilihannya tersebut mati-matian, atau hanya tahu  KATANYA saja ?

Okelah bagi orang-orang yang dekat sekitarnya yang mempunyai kepentingan politik maupun ekonomi, nah sekarang, dari jamanya saya bekerja beberapa puluh tahun yang lalu tidak pernah merasakan kemudahan dalam mencari duit, rezim sekarang yang KATANYA Jokowi membangun Indonesia dari hulu hingga hilir, toh tetep juga saya susah cari duit atau bikin gampang suatu hal yang berdampak langsung ke saya pribadi sebagai rakyat biasa yang karyawan kecil perusahaan swasta, tetep aja semua berkat usaha saya pribadi walau kebijakan atau pembangunan dilakukan JOKOWI.

Dan sekarang KATANYA Prabowo memiliki Program-program andalan untuk memakmurkan Rakyat, saya rasa dari dulu juga setiap calon presiden omonganya begitu sama saja...

Jadi semua itu hanya KATANYA ?

Si A katanya begini, Si B katanya begitu, lantas kalau semua KATANYA pantaskah kita mengorbankan mati-matian agar pilihan kita jadi pemenangnya?

Sedangkan banyak sudah yang bukan KATANYA tapi saudara sedarah daging malah jadi musuhan gara gara KATANYA tersebut...

Uaaneh... Apa saya yang aneh, karena gak punya pilihan alias Golput ? Atau anda yang aneh karena punya pilihan lalu di idolakan ?

Marilah berpikir logis, saya rasa karena batas usia pemilih minimal 17 tahun, kayaknya sudah bisa berpikir jernih dan dewasa, tidak usahlah mengidolakan capres cawapres tertentu sehingga dibela belain sampai musuh musuhan, padahal mereka yang diatas sana malah setelah usai pemilu rangkul rangkulan, tapi pilihlah sesuai pilihanya. Duuuh ruginya kita ini, bodohnya kita ini jika saling berantem fisik maupun  non fisik... Oleh sebab KATANYA..

Saya rakyat biasa yang punya pemikiran bego, saya Golput alasan awalnya golput sederhana, yaitu "saya yang cape ngantri menunggu giliran masuk bilik suara, saya panas-panasan datang kebilik suara, belum tentu juga suara saya tidak dimanipulatif orang yang berkepentingan, dan ujung ujungnya orang lain yang menikmati hasilnya yaitu seorang prisiden yang tentu sama sekali  tidak mengenal saya apalagi mengenal kebaikan saya ..."  Itulah alasan sederhana saya Golput sampai sekarang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline