Lihat ke Halaman Asli

Teknologi, Perilaku Masyarakat, dan Ancaman Jurnalis

Diperbarui: 27 April 2021   03:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Teknologi semakin berkembang untuk memudahklan kehidupan manusia. Bisa kita lihat rentetan penemuan besar teknologi yang mempengaruhi kehidupan manusia. Dari penemuan mesin uap yang biasa disebut revolusi industry 1.0, penemuan listrik awal abad 20 biasa disebut revolusi industry 2.0, kemudian berlanjut 3.0 dengan penemuan teknologi komputer dan robot, juga perlahan abad industry berakhir mulai beralih ke abad informasi. Memasuki era 4.0 yang kita alami sekarang. ditandai dengan penemuan internet. teknologi manufaktur sudah masuk pada tren otomatisasi dan pertukaran data.

Dengan danya internet Sekarang banyak informasi yang mudah didapat hanya melalui klik klik dari laptop atau hp yang kita bawa kemana -- mana setiap hari. Semuanya juga menjadi serba digital, ingin naik ojek bisa pesan driver lewat aplikasi, ingin berwisata bisa pesan tiket transportasi umum plus dengan hotelnya hanya lewat aplikasi, ingin belanja atau cari makan sudah tidak perlu ke warung bisa hanya melalui aplikasi. Bahkan kebutuhan manusia akan bersosial juga di digitalisasi dengan adanya sosial media dengan berbagai platform aplikasi seperti facebook, Instagram, Whatsapp, Tiktok dan masih banyak lagi.

Dengan platform media sosial semua orang dapat memenuhi kebutuhan social, seperti bercakap dengan orang lain berkenalan dan membuat pesan pesan siaran untuk sesama pengguna media sosial. Hal tersebut membuat arus informasi menjadi semakin cepat. Bila dahulu untuk mendapatkan informasi terbaru kita hanya bisa menunggu melalui koran, radio atau televisi yang isi informasinya kebanyakan berupa pemberitaan pemberitaan yang ditulis oleh wartawan atau jurnalis yang melakukan kegiatan jurnalistik dengan bekerja keras memegang kode etik mencari informasi untuk disampaikan ke publik. Menurut A.W Widjaja jurnalistik adalah Kegiatan komunikasi yang dilakukan dengan cara menyiarkan berita ataupun ulasannya mengenai berbagai peristiwa atau kejadian sehari-hari yang aktual dan faktual dalam waktu secepat-cepatnya.

Namun berbeda dengan sekarang dimana internet dan media sosial seolah membuat semua orang bisa jadi wartawan. hanya bermodal foto atau video seadanya kemudian narasi singkat yang di posting di sosial medianya yang kemudian akan dilihat oleh pengikut dan disebarkan di grub whatsapp boleh jadi di posting di Instagram dengan menandai akun yang berpengaruh kemudian banyak yang menyebarkan. tidak lama informasi tersebut bisa viral di media sosial. Informasi yang tersebar di medi sosial biasanya juga lebih update dibanding media media mainstream seperti TV, Radio atau koran. Hal tersebut karena biasanya dilakukan secara langsung.

Misalnya saya sedang duduk duduk di pinggiran jalan raya Dr. Soetomo pada siang hari. Kemudian secara tiba tiba melihat kejadian kecelakaan antara pengendara motor dengan becak beroda tiga dari arah berlawanan. Tentunya saya dan orang orang sekitar saya panik dan langsung mencoba menolong korban kecelakaan, disaat bersamaan pula sambil saya merekam situasi sekitar kemudian langsung saya unggah di sosial media saya. Hanya dalam hitungan menit sudah banyak rekan saya yang mengetahui informasi tersebut dan adapula yang meneruskan unggahan saya . Kasus diatas merupakan contoh perilaku pengguna media sosail yang dengan cepat menyampaikan informasi. bahkan sebelum ada jurnalis datang informasi kecelakaan sudah banyak orang yang mengetahuinya. Karena kecepatan informasi inilah sebagian orang yang lebih suka mencari informasi melalui media sosial.

Keuntungan adanya perkembangan teknologi dan sosial media arus informasi menjadi sangat cepat. Tetapi disisi lain informasi yang tersebar tidak tau siapa yang menyebarkan. Kemudian bila seperti kejadian diatas juga mengancam eksistensi jurnalis yang seharusnya menyiarkan berita ataupun ulasannya mengenai berbagai peristiwa atau kejadian sehari-hari yang aktual dan faktual dalam waktu secepat-cepatnya kalah cepat dengan pengguna sosial media. Oleh karenanya perlu difahami masyarakat sekarang merupakan masyarakat yang aktif akan menanggapi dan menyampaikan informasi sehingga jurnalis dan Lembaga pers juga niscaya harus memutar otak agar eksistensinya tidak lenyap. Bentuk penyampaian berita tidak lagi searah seperti dulu yang masyarakat hanya pasrah menerima berita dari Lembaga pers kemudian berita tersebut bisa mengakar di otak mereka. Sekarang bisa melibatkan masyarakat untuk saling bertukar informasi dan berkontribusi dalam penulisan berita. Hal ini selaras dengan yang disampaikan Rini Kustiasih salah satu jurnalis harian koran kompas Ketika mengisi kuliah di Universitas Muhammadiyah Malang "Wartawan melibatkan audience. Berbeda dgn dulu, pesan hanya disampaikan satu arah. Karena sekarang audience juga bisa menyampaikan pesan"

Mengikuti arus teknologi menjadi sebuah kewajiban untuk tetap eksis. terobosan merubah penyampaian berita ke multimedia juga sudah banyak dilakukan Lembaga pers. Wartawan juga dituntut untuk multitasking tidak hanya sebagai penulis tetapi juga harus bisa menjadi editor, videographer, penyiar radio, dan sebagainya. Jurnalisme akan tetap hidup dengan nilai yang disampaikan tidak hanya menyampaikan 5W + 1H tetapi ada nilai tersendiri yang harus tersampaikan dalam tulisan tulisan jurnalis ini yang mebuat berbeda dengan informasi yang berceceran di media sosial. Sehingga Jurnalis akan tetap hidup




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline