Lihat ke Halaman Asli

Abdullah Azzam

Mahasiswa UIN JKT, pendidikan IPS

Toa Pekong air (prasasti tangga jamban)

Diperbarui: 19 Juli 2024   22:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Observasi ke Toa Pekong air 

         Toa Pekong Air, juga dikenal sebagai Prasasti Tangga Jamban, terletak di pinggir Kali Cisadane di Kampung Kali Pasir, Kelurahan Sukasari, Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang. Awalnya, tempat ini digunakan sebagai fasilitas mandi, cuci, dan kakus (MCK) bagi warga sekitar bantaran Kali Cisadane. Sekarang, Toa Pekong Air telah diubah menjadi Dermaga Peh Cun, sebuah dermaga untuk perahu kecil yang digunakan oleh warga mencari rezeki di kali tersebut. Nama Peh Cun berasal dari salah satu upacara perayaan warga peranakan Tionghoa Tangerang, atau Cina Benteng, yang diadakan setiap tahun.

          Ritual yang dilakukan di Toa Pekong Air termasuk sembahyang dan pembakaran dupa sebelum melaksanakan ritual Fang Shen, yaitu melepaskan ikan ke sungai sebagai bentuk upacara dalam ajaran Buddha. Tradisi ini dipercaya dapat membuang sial untuk setahun ke depan. Jenis ikan yang dilepaskan meliputi ikan lele, ikan mas, dan belut, serta tabur bunga yang memiliki makna tersendiri. Ritual ini biasanya dilakukan saat perayaan Imlek setelah sembahyang di Kelenteng Boen Tek Bio, kemudian sebagian warga menuju Toa Pekong Air di pinggir sungai Cisadane.

Tempat pembakaran dupa 

           Setiap tanggal 5 bulan ke lima dalam kalender Cina, warga Tionghoa juga menggelar tradisi Sembahyang Yue sebagai bagian dari Festival Peh Cun yang sudah dilakukan sejak tahun 1910. Acara ini diikuti dengan tabur bunga dan lempar bakcang ke Sungai Cisadane. Festival ini mendapat respons positif dari masyarakat Kota Tangerang dan telah menjadi warisan budaya takbenda.

 Menurut kepercayaan Tionghoa, tanggal 5 bulan kelima adalah hari Twan, di mana bumi dan matahari berada dalam satu garis lurus, menghasilkan energi positif besar di bumi. Tradisi mendirikan telur mentah pada waktu tertentu dianggap sebagai berkah dari langit. Selain itu, warga Cina Benteng juga berlomba menangkap bebek yang dilepas sebagai simbol pembuangan sifat negatif dalam diri.

         Tradisi-tradisi ini menjadi daya tarik wisata tersendiri dan merupakan bagian dari warisan budaya masyarakat Tionghoa di Kota Tangerang.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline