Lihat ke Halaman Asli

Abdullah Azzam Al Mujahid

Mahasiswa Ilmu Sejarah

Menjelang HUT Republik Indonesia: Apa yang Sebenarnya Kita Rayakan?

Diperbarui: 16 Agustus 2024   22:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Merayakan kemerdekaan adalah merayakan kebebasan. Melihat kenyataan-kenyataan yang ada di Indonesia, tampaknya makna merdeka masih sangat jauh, dan Indonesia belum sepenuhnya memahami makna kemerdekaan yang sejati. Isu-isu sosial yang kerap muncul seperti penindasan, perampasan lahan, pembatasan hak-hak sipil dan lain-lain, merupakan tindakan represif negara, baik melalui tangan-tangan negara seperti aparatur negara maupun langsung, telah membawa Indonesia semakin jauh dari makna kemerdekaan yang sejati. 

Slogan-slogan seperti NKRI harga mati, atau sekali merdeka tetap merdeka ketika masa-masa perayaan hari kemerdekaan amatlah nyaring bunyinya tetapi kosong isinya. Betapa ironisnya melihat perayaan kemerdekaan, tetapi di sisi lain kita mengetahui bahwa isu-isu sosial yang tidak sama sekali mengartikan sebuah kemerdekaan semakin hari semakin marak bermunculan. Betapa ironisnya, melihat para pemimpin dan pejabat mengenakan pakaian adat sebagai tanda menghormati, dan melestarikan budaya Indonesia semasa upacara kemerdekaan, tetapi di sisi lain mereka menindas masyarakat adat, merampas tanah-tanah milik masyarakat adat, membungkam suara-suara masyarakat adat yang protes oleh sebab tertimpa ketidakadilan negara. Lalu, apa yang sebenarnya kita rayakan? Apakah kita hanya merayakan suatu ilusi?

Pada kenyataannya, kita tidaklah benar-benar merayakan kemerdekaan. Pada kenyataannya, kita hanya merayakan suatu ilusi yang tampak bagi kita adalah kenyataan. Kita merasa telah merdeka hanya karena kita tidak merasakan apa yang dirasakan oleh mereka yang tertindas. Kita merayakan kemerdekaan karena kita merasa telah merdeka, tanpa melihat saudara sebangsa dan setanah air kita yang tertindas, dan dirampas kemerdekaannya. 

Pada kenyataanya kita tidak peduli, sama seperti negara yang abai terhadap rakyatnya, kita tetap merayakan ilusi selama 79 tahun. Mengadakan lomba-lomba tujuh belasan, mengutip quotes para pejuang kemerdekaan sebagai tanda bahwa kita merayakan kemerdekaan, alih-alih melihat kenyataan-kenyataan yang ada, dan menyadari bahwa kemerdekaan belum sepenuhnya terwujud. 

Sejatinya kita tidak pernah merayakan hari kemerdekaan, kita hanya merayakan ilusi. Bahwa apa yang tertuang di dalam pembukaan UUD 1945, hanyalah sekadar isi tulisan yang tidak memiliki makna apapun---selama kita tidak dapat melihat kenyataan-kenyataan yang ada.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline