Lihat ke Halaman Asli

Zaenal Abdullah

Seorang pemuda dari desa yang suka bertani, bisnis dan menulis

Pertanian Adaptive Banjir

Diperbarui: 8 Februari 2017   09:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Banjir Pati 2017 (Pic. Wartaphoto.net)

Desa Tondo Mulyo Kec. Jakenan memang terkenal dengan banjir tahunan dan waktu banjir bisa ditebak yaitu pada akhir tahun atau awal tahun. Pada periode banjir tersebut ada beberapa periode banjir tidak dapat diprediksi. Hal itu dikarenakan hutan yang berada di Gunung Kendeng semakin habis ditebang dan ditambang oleh masyarakat secara ilegal tanpa adanya penegakan hukum yang jelas oleh para aparat terkait.

Dengan adanya banjir tahunan seperti itu wilayah terdampak harus mempunyai pola tanam yang adaptive bencana banjir. 

Pertama masyarakat harus bisa menghitung siklus banjir selama 15 th kebelakang, perhitungan ini bisa melibatkan BMKG setempat dan para pemangku kepentingan untuk ikut andil dalam perencanaan pertanian adaptive banjir ini.

Kedua kita bisa kelola musim kemarau. Beberapa pertanyaan pasti muncul. "Apa yang kita kelola dari musim kemarau?", Musim kemarau disekitaran wilayah terdampak banjir sebagian besar dekat dengan sungai maka dari itu air tidak menjadi masalah. 

Nah pada musim kemarau ini kita bisa menanam tanaman eksotis umur pendek yang mempunyai harga jual tinggi seperti melon, semangka, bawang merah atau sayuran daun lainnya. Lanjut pertanyaan yang muncul "sebagian besar kan belum pengalaman menanam tanaman itu?", sebagian besar tapi sebagian kecil satu atau dua orang pernah menanam tanaman tersebut bila tidak ada di desa di desa lain pasti pernah. Nah denga adanya sedikit orang yang mempunyai pengalaman tersebut maka pengalaman itu bisa dibagikan dengan para petani yang lain. 

Bila masih berat, mintalah kepada para penyuluh untuk ikut membantu. "Pasarnya dimana? Yang beli siapa?", hal itu bisa dijawab dengan mudah, bila ada cluster hasil pertanian yang terpusat dengan banyaknya petani yang menanam maka para pedagang dan tengkulak akan datang sendiri. Itu proses awal pemasaran, selanjutnya saat sudah punya nama bisa menjadi pemasar sendiri.

Ketiga, bila tidak bisa memprediksi banjir saat musim tanam padi. Tanamlah padi dengan umur panjang maka tanaman padi akan lebih tahan terhadap banjir, misal mentik ataupandan wangi.

Tapi semua hal ini lebih baik dicegah dengan tidak menebang pohon dan menambang digunung supanya tidak terjadi banjir. Bersamaan dengan ini, pilkada serentak akan dilaksnakan maka kita wajib memilih pemimpin yang peduli dengan alam. Bukan pemimpin yang membiarkan penambangan, mengeluaraan ijin pabrik semen tanpa study dan amdal yang jelas,dan kebijakan yang tidak berpihak pada petani dan alam. Maka dari itu kita cukupkan mereka satu periode saja. Bila yang maju petahana calon tunggal maka kita harus memenangkan kotak kosong #semangatpilihkotak #kotakkosongmenang. Mari jaga alam dan kita cukupkan periode pemimpin yang tidak pro alam.

Dengan langkah tersebut sekiranya bisa menjadi tambahan konsep pertanian adaptive banjir dan semoga bisa menjadi bahan diskusi bersama terutama para prakitisi pertanian dan petani itu sendiri.

Salam, Cah Tani Nom

Yogyakarta, February 2017




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline