Lihat ke Halaman Asli

Zaenal Abdullah

Seorang pemuda dari desa yang suka bertani, bisnis dan menulis

Traveling dengan Cara yang Berbeda

Diperbarui: 15 Desember 2015   11:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(Hari baru, cara baru. Dok. Pribadi "139picture")

 

Seperti kita ketahui bersama, travelling lekat dengan mengunjungi daerah yang menarik atau tempat-tempat wisata dengan keindahan alamnya. 

Eksplorasi tempat wisata menjadi agenda utama, ketika traveling ke daerah baru. Namun, dari pengalaman yang saya temui, saya bertemu teman-teman yang melakukan travelling dengan cara yang unik.

Travelling, tidak perlu ke tempat wisata atau tujuan turisme dengan sekedar memanjakan mata. Tetapi travelling dapat memberikan manfaat baru dengan menambah ilmu serta pengalaman. 

Siapa sangka, makna travelling, adalah pergi ke desa, dan menikmati percakapan dengan masyarakat setempat. Dari percakapan santai ditemani secangkir teh manis, hingga perbincangan serius mengenai tata kelola pemerintahan daerah. Ilmu baru yang tidak akan kita pahami, hanya dengan memantau berita di televisi. 

Travelling itu dapat bermakna menikmati seru nya membajak sawah dan mengangon sapi. 

Atau, travelling dengan mengikuti suasana setempat. Belajar bekerja di tambak, bertani, hingga ikut menangkap kepiting laut.

 

"Membantu mengikat bibit rumput laut sebelum dipasang ke laut. Dok. Pribadi"

Travelling pun dapat dinikmati dengan menginap di rumah warga ala backpacker. Bukan hanya menghemat, tetapi juga menjalin tali silaturahmi baru dan menambah saudara. 

Bagi saya cara mereka menikmati perjalanan mereka cukup menarik disimak dan didiskusikan. Bagaimana tidak?

Pertama, dengan cara traveling seperti itu kita secara tidak langsung seperti menjadi masyarakat di daerah tersebut. Hal itu memudahkan kita ketika menjadi karyawan atau pimpinan lebih cepat beradaptasi dengan daerah baru bila di mutasi ditempat baru (bagi karyawan), dan bagi pimpinan menjadi lebih cepat melihat kelebihan dan kekurangan tim. Hal itu disebabkan semakin kita lebih banyak mengenal budaya maka lebih fleksibel cara kita bertindak. Satu hal yang bisa disimpulkan dengan filsafah jawa Mawa desa, mawa cara.

Kedua, dengan menginap ditempat warga dan bukan di hotel atau tempat penginapan yang disediakan disuatu daerah membuat kita lebih dekat dengan yang empunya rumah. Secara otomatis, keluarga tambah lagi. Kembali, kita juga lebih mudah memahami karakter masyarakat setiap daerah. Apalagi bila sudah diterima di dapur (Masak bersama) sudah, di dalam forum itu semuanya akan keluar. Mulai dari adat setempat, tempat yang menarik dikunjungi sampai masalah dalam rumah tangga juga bisa terungkap diforum itu (tapi masalah dalam rumah tangga mereka jangan di ceritakan pada teman ya saat sudah balik ke tempat asal bisa jadi berabe).

 [Jamuan makan]

"Jamuan makan bagi para traveler yang cukup sederhana tapi sangat mengesankan. Dok. Pribadi (139picture)"

Ketiga, manfaat yang pasti didapatkan saat traveling pasti pikiran yang fresh, cas itelektual dan smangat yang kembali penuh saat masuk rutinitas sehari-hari, apalagi rutinitas di kota-kota besar seperti Jabodetabek.

Setiap traveling pasti ada hal yang menarik untuk selalu diingat dan diceritakan, tapi mencoba mendobrak kebiasaan yang ada membuat hal itu menjadi lebih istimewa.

Selamat mencoba..

Dan mengutip apa yang pernah diucapkan senior saya jangan pernah berhenti berpetualang.

 

Desember 2015

Nb: Trimakasih saya ucapkan kepada orang-orang yang luar biasa dalam berkontribusi pada penulisan artikel ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline