Lihat ke Halaman Asli

Zaenal Abdullah

Seorang pemuda dari desa yang suka bertani, bisnis dan menulis

Hutan, Ekonomi, Perkebunan, Pertanian dan Air yang Menjadi Persoalan di Gunung Muria

Diperbarui: 9 Desember 2015   13:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Apa yang kita pikirkan bila mendengar kata “Hutan”?

Yang jelas, pasti tidak jauh beda dengan pemikiranku sekarang. Hutan mulai habis, diganti dengan tanaman monokultur, tanaman industri bahkan pangan, dan hal itu tidak bisa lepas dari bertambahnya jumlah penduduk dan jumlah mulut yang harus diberi makan. Sama halnya yang terjadi dengan hutan Gunung Muria sekarang, hutan penyangga kehidupan ini semakin terkikis.

["139picture"][Longsor di willayah Gunung Muria]

 

Dilihat dari bawah juga sudah sangat terlihat degradasi hutan yang terjadi. Mulai longsor besar-besaran terjadi di Rahtawu Kab. Kudus (Lereng puncak 29) yang merenggut korban jiwa, hal itu terjadi karena perambahan hutan untuk lahan produksi pertanian bahkan kemiringan 100% (45o) lebih juga masih ditanami. Ya, pertanian jagung dan tanaman berakar dangkal tidak mampu menyangga agregat tanah sehingga terjadi longsor, bukan hanya longsor tetapi debit air sungai juga berkurang lumayan drastis. Selain lahan pertanian juga betapa hancurnya jalur pendakian untuk motor trail yang memberikan dampak berkurangnya agregat tanah dalam menyangga saat hujan lebat turun.

Begeser ke sebelah timur perambahan juga terjadi, bukan untuk tanaman berakar dangkal tetapi untuk tanaman kopi. Ketinggian yang memadai, jenis tanah merah yang banyak mengandung nutrisi dan sinar matahari dari ufuk timur yang langsung memberikan dampak baik bagi tanaman menjadi penyebabnya. Bahkan sampai dibawah puncak Argo Jembangan sudah ditanami kopi. Dengan kelebihan tersebut tidak anyal kualitas kopi yang dihasilkan juga sangat baik. Memang akar kopi yang jauh dan kuat baik untuk meyangga agregat tanah, tetapi yang enjadi permasalahan adalah tanaman karet gunung yang dulu melimpah menjadi semakin sedikit dan kebutuhan air untuk kopi semakin lama semaki banya, sehingga debit air yang ada semakin berkurang.

["139picture"]

[Wilayah Perkebunan Kopi Jolong]

Terjadinya hal-hal tersebut juga tidak bisa kita menyalahkan mereka atau kita sendiri semua harus saling menjaga, persoalan ekonomi dan penghasilan yang menarik dari kopi membuat itu terjadi bahkan karena kopi drajad mereka terangkat. Mulai dari segi pendidikan atau sosial. Bukan munafik, saya juga tertarik dengan bisnis kopi yang terjadi di Gunung Muria, karena luar biasa potensi yang ada. Kalau alih konfersi dengan tanaman yang masih bisa menjaga agregat tanah dan menjaga suplay air menurut saya masih wajar, selain itu juga kebutuhan tanaman pengayom yang mencapai 60% menjadi tempat kita untuk melestarikan sumber air.

"139picture"

[Sumber Mata Air Gunung Muria]

Tantangan kita bersama untuk menjaga hutan ini dimana Sumber air sangat melimpah di tempat ini. Tidak mudah melarang masyarakat untuk berhenti merambah hutan, butuh komitmen yang jelas dari semua pihak. Mulai dari pemerintah Profinsi (Karena berada di tiga Kabupaten), pemerintah kabupaten sampai tingkat desa.

Bisa kita lihat bersama bagaimana sumber air yang sangat melimpah di Gunung ini, dari berbagai arah mata air muncul. Bening melimpah, sampai mampu menyuplai dua waduk yang ada di Kec. gembong (Waduk Gembong dan Waduk Gunung Rawa). Dari sumber air yang telah diberikan Gunung ini mampu memberi manfaat ratusan ribu masyarakat yang ada di sekitar lereng muria.

Kembali di awal pembicaraan, hutan yang semakin berkurang, suhu yang semakin panas menjadi sebuah persoalan. Terus apa yang kita lakukan? Sederhana jawaban saya. Lakuakan apa yang kita bisa lakukan, mulai dari mengumpulkan biji-bijian tanaman untuk menjadi benih, semai, dan tanam saat musim tanam telah tiba. Bila kita tidak bisa sendiri, ajak teman yang lain untuk ikut berparsipasi. Tidak ada teman yang ikut keluarga menjadi jawaban yang pasti. Tidak usah menanam diketinggian bila belum mampu, cukup tanam dihalaman rumah sebagai peneduh dan penjaga suhu sekitar rumah.

Bersama kita bisa, bersama kita mampu.

 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline