Lihat ke Halaman Asli

Menulis: Proses Pengabadian Fakta Kehidupan

Diperbarui: 15 September 2021   23:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Evav Menulis: Belajar Tentang Cara Mengabadikan Fakta Kehidupan

Kegiatan manusia yang diidentikkan dengan alat-alat belajar dimulai dari buku hingga alat tulis yang sejatinya tak hanya menjadi pajangan tembok-tembok pendidikan melainkan untuk mengabadikan fakta kehidupan, itulah yang kerap dikenal dengan sebutan 'menulis'. 

Menulis memang bukan merupakan tabiat manusia secara general, hal ini didasari fakta bahwa setiap manusia memiliki caranya sendiri dalam mengungkapkan realita yang terjadi dalam kehidupan. Kebiasaan manusia terbilang cukup luas dalam mengabadikan momen kehidupan yang dimulai dengan beragam cara,  let's say like bercerita (story telling), melukis (art telling), atau bahkan merekam jejak suara mereka sendiri (virtual telling). 

Anyway, fakta kehidupan justru terkesan lebih bermutu dan tak lekang oleh waktu jika diabadikan dengan satu jurus pamungkas yang tak lagi diragukan, yaitu 'menulis'. Proses di mana manusia belajar mengabadikan dan menguraikan fakta-fakta dalam kehidupan sebagai bentuk kegelisahan yang dapat terpajang pada tembok kehidupan yang lebih abadi. 

Ada sebuah kutipan menarik yang disampaikan oleh seorang Guru sekaligus Motivator Literasi, Vinsensia Maturan, "satu peluruh hanya dapat mengenai satu kepala, namun satu tulisan dapat mengenai beratus bahkan berjuta kepala". 

Menulis bukanlah sebuah kemampuan alamiah yang dibawa sejak lahir, melainkan sebuah proses pembiasaan, dari biasa terbiasa kemudian menjadi bisa, sambungnya. 

Kebiasaan menulis kerap lahir dari sebuah kegelisahan atau yang lebih gaul dikenal GGM (gelisah galau merana) hahahah.

Sederhananya, tak ada yang perlu belajar menjadi manusia yang menyukai kegelisahan baru mulai menulis, sebab sejatinya tiap manusia pasti merasakan kegelisahan. Maka, putus cinta, jatuh cinta, atau bahkan bunuh diri karna cinta dan hal lain merupakan fakta yang telah disajikan kehidupan untuk siap ditorehi tintah, bukan tintaku padamu, tapi tintah-ku pada fakta kehidupan. 

Lantas apalagi yang diragukan untuk menulis?  U've got your own pen, it's your 'gelisah'. 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline