Lihat ke Halaman Asli

Ironi Film Adaptasi

Diperbarui: 4 November 2018   08:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

8tracks.com

Sudah lama saya menarik diri dari perbincangan soal hasil adaptasi buku. Lebih memilih untuk diam dan tak berkomentar, tetapi tetap mengikuti alur perbincangannya. 

Sudah banyak novel favorit saya yang akhirnya dialih-mediumkan menjadi film. Dan sebagai pembacanya, saya selalu merasa senang kala mendengar kabar tersebut. Bagaimana saya melonjak antusias kala tokoh Ale dalam novel Critical Eleven diperankan oleh Reza Rahadian. Atau bagaimana ngebetnya saya ingin nonton semua seri Harry Potter. Atau bagaimana ekspektasi saya meluap-luap kala melihat trailer Life of Pi.

Saya selalu bahagia di awal, tapi kecewa di akhir.

Saya nyaris selalu tak bisa menamatkan film adaptasi yang saya tonton. Kasusnya nyaris 90% di mana saya mandek nonton di tengah-tengah film. Kenapa? Ini yang akan saya bahas.

1. Buku dan Film

Sudah jelas buku dan film sangat lah berbeda. Keduanya unggul dan lemah di bagian masing-masing.

Jika buku menyediakan 'panggung' yang demikian luas untuk mementaskan berbagai peristiwa, maka film tidak. Jika buku dapat memasukkan detail sekecil apa pun, kesan sedalam apa pun, emosi sekompleks apa pun, maka film tidak. Karena film dibatasi oleh frame bernama durasi dan keefektifan penyampaian.

Namun, justru karena durasi itu lah, film diuntungkan dengan batas kelogisan yang tidak begitu diributkan. Berbeda dengan buku, di mana pembaca lebih kritis serta menuntut penjelasan untuk setiap kejadian yang berlangsung.

Sebagai contoh novel dan film Life of Pi. Di filmnya, penonton mungkin tak akan mempermasalahkan bagaimana Pi Patel, bisa hidup selama tujuh bulan lebih di atas sekoci bersama seekor Harimau Bengal. Tapi di buku, penulis jelas harus memaparkan sebab-sebabnya. Bagaimana Pi sebelumnya memang sudah belajar tentang Zoologi. Ayahnya yang seorang pemilik kebun binatang. Dan sebagainya, dan sebagainya.

2. Sulit dan Menjanjikan

Mengadaptasi sebuah cerita yang sudah dipublikasikan, tak beda dengan dua sisi mata uang. Di satu sisi, film adaptasi merupakan proyek prestisius nan menggiurkan. Sebab cerita yang diusung sudah memiliki penggemarnya tersendiri. Penggemar-penggemar itulah yang bakal jadi calon penonton di bioskop nanti.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline