Lihat ke Halaman Asli

Pengembangan Potensi Dasar Santri Dalam Pembelajaran

Diperbarui: 17 Juni 2015   06:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Pengembangan Potensi Dasar Santri Dalam Pembelajaran

Pendahuluaan

Pesantren sebagai sebuah lembaga yang sudah mendarah daging di negeri ini,bahkan dalam pesantren pun sekarang sudah mulai berkembang antara ilmu Agama dan ilmu umum banyak sekarang pesantren-pesantren yang menambah pembelajaranya dengan ilmu-ilmu umum supaya seorang santri juga mengetahui tentang ilmu umum dan bias berkreasi sesuai dengan minat dan bak

Pembahasan

A.Pengembangan Potensi Spiritual

Ajaran yang dilaksanakan yang dijalankan santri di pesantren dipengaruhi oleh doktrin sufisme,fiqh-isme,kiai,ustadt,serta budaya yang berakar sejak sejarah berdirinya pesantren:yang bertujuan untuk membentuk keyakinan,ahlak serta intelektual santri

Dalam pandangan Islam ajaran spiritual,jiwa atau hati adalah sebagai objek bidang garapanya,makanya di dunia pesantren santri diajari nilai-nilai ajaran Islam mellalui tiga aspek,yaitu:aspek aqidah (teologi),syari”at (jurisprudensi),ikhsan (etika,moral) dari muatan ketiga doktrin diatas santri digembleng agar menjadi manusia-manusia yang ikhlas dan semata-mata menyadarkan Tuhan sebagai tujuan setiap perilaku dan tindakan baik ibadah,maupun muamalah.

Pengembangan menejemen spiritual atau dikenal dengan menejemen qolbu melalui pendekatan kecerdasan intra-personal dan kecerdasan inter-personal.Kecerdasan intra-personal adalah kemampuan memahami diri sendiri dan bertindak berdasarkan pemahaman tersebut.Sedangkan kecerdasan inter-personal adalah kemampuan mempersepsi dan membedakan suasana hati,maksud,motivasi,serta perasaan orang lain.

Jika dalam persepektif Islam ajaran spiritual bisa dikembangkan melalui dua aspek yaitu:hubungan manusia dengan tuhanya dan aspek hubungan manusia dengan manusia kedua aspek ini sangat ditentukan kualitas spirituan seseorang.Hubungan manusia dengan Tuhanya menumbuhkan rasa keimanan,keyakinan,serta ketaata terhadap doktrin agama Islam sehingga manusia memiliki kebahagiaan sejati dalam dirinya .Aspek hubungan manusia dengan manusia menumbuhkan rasa kepekaan empati dan empatik sebagai wujud rasa kemanusiaan nilai-nilai sosial yang tumbuh berkembang dalam batin meretes dalam perilaku dan tindakan yang nyata untuk membawa kemaslahatan bagi kehidupan dimuka bumi ini.

Dalam konteks hubungan hubungan manusia dengan manusia muatan spiritual yang dikembangkan santri memiliki karakter atau ciri khas keberagaman yang moderat bukan sebaliknya fundamental,ciri-ciri keberagaman yang moderat seperti:al-i’tidal (tengah-tengah) (toleransi) dan (kerja sama mutualitas).Nilai spiritual ini berkembang menjadi sikap-sikap yang merupakan disiplin sosial yang sangat erat hubunganya dengan ajaran Islam yang mempunyai cakupan yang sangat luas aspek kehidupan sosial.Lebih dari itu mengaktualisasikan sikap-sikap itu dengan motivasi ajaran dan perintah agama,berarti melakukan ibadah (spiritualitas).Disiplin sosial dapat juga identikdengan ibadah dalam islam.Pendidikan spiritualitas santri sebenarnya inplisit masuk dalam pendidikan spiritualitas yang dikembangkan pesantren selama ini.

B.Pengembangan Potensi Intelektual

Dalam kitab al-muwafaqot dikatakan bahwa doktrin ajaran syari”at Islam mengandung nilai tujuan perundang-undangan salah satunya adalah hak-hak dasar kebebasar berfikir dan berkarya.Jadi dalam doktrin fiqh pesantren yang dijadikanpegangan santri pengembangan potensi intelektual.Bahkan dalam sebuah hadist dikatakan;Tidak ada agama bagi orang yang tidak menggunakan akalnya.posisi intelektual sebagai anugrah yang diberikan Allah kepada manusia (santri) memiliki potensi yang sangat urgen dalam peranya menggali kreatifitas-kreatifitas yang terkandung didalam ayat-ayat naqliyah-kauniyah sang pemberi segala kekuatan bagi alam semesta.

Dari salam pini maka perkembangan intelektual seseorang santri bisa diperoleh melalui pendekatan ilmiyah dan non ilmiyah,kedua-duanya memiliki peran strategis dalam membentuk kualitas perkembangan intelektualitas seseorang santri yang dalam doktrin santri dikenal istilah fikir-dzikir kedua berkohesi sinergi membentuk kualitas intelektualitas.

C.Pengembangan Potensi Emosional

Seorang santri yang mempunyai kecerdasan emosional yang baik akan dapat dikenali melalui beberapa komponen dasar yaitu:Self-awarenes (pengenalan diri).Mampu mengenali emosi dan penyebab dari pemicu emosi tersebut.Self-regulation (penguasaan diri)seorang yang mempunyai pengenalan diri yang baik dapat lebih mengontrol dalam membuat tindakan agar lebih hati-hati.Swlf-motivasi ketika sesuatu tidak berjalan dengan sempurna,seorang yang mempunyai kecerdasan tinggi tidak akan bertanya apa yang salah dengan saya atau kita,sebaiknya bertanya apa yang dapat kita lakukan agar dapat memperbaiki kesalahan ini.

Seorang santri yang tidak mempunyai kecerdasan emosionalyang tinggi dapat ditandai dengan hal-hal berikut:mempunyai emosi yang tinggi,cepat bertindak berdasarkan emosinya,dan tidak sensitif dengan persaan orang lain.Orang yang tidak mempunyai kecerdasan emosional tinggi biasanya mempunyai kecenderungan untuk menyakiti dan memusuhi orang lain.Dalam dunia kerja orang-orang yang mempunyai kecerdasan emosional yang tinggi sangat diperlukanterlebih dalam tim untuk mencapai tujuan tertentu.

Karenanya orang tua dan para guru (kiai) harus memupuk kecerdasan emosional sejak dini.Para santri dalam kerjaan sehari-harinya hampir selalu melibatkan perasaan dan emosi,sehingga setiap memberikan segala sesuatu dituntut untuk memiliki kecerdasan emosi yang tinggi.Secara khusus,para santri (agen of cange) membutuhkan kecerdasan emosi yang tinggi karena mereka mewakili organisasi,berinteraksi dengan banyak orang,baik di dalam maupun diluar organisasi dan berperan penting dalam membentuk moral dan spiritual keluarga dan lingkungan sosial.Santri yang memiliki empati akan dapat memahami kebutuhan orang atau lingkunan sosial yang dijadikan medan berdakwah dan dapat memberikan solusi atau feedback yang konstruktif.

Dibidang konselingdituntut mampu berempati guna mengetahui perasaan konseli dan kemampuan interpersonal guna memutuskan kapan harus diam.Dipihak lain untuk dapat sukses menjadi pelayan klien,seseorang dituntut untuk memiliki kedisiplinan yang tinggi.

D.Potensi Intuisi

Intuisi adalah cara santri dalam menerjemahkan pengalaman ke dalam sebuah tindakan.Intuisi berkembang karena pengalaman santri selama dibimbing dan di didik di pesantren.Semakin santri kaya dalam pengalaman,semakin kuat intuisi santri muncul memberikan petunjuk,khususnya ketika menemukan situasi-situasi mirip dengan pengalaman santri dimasa lalu.Semakain detail santri mengolah pengalaman santri,semakin ahli diri santri membuat keputusan intuitif.

Pengalaman yang terolah dengan baik,berulang dan terakumulasi dan terkait dalam pikiran kelak akan menciptakan pola.Saat santri masuk dalam situasi tertentu,santri merasakan adanya alarm-alarm dalam pikiran santri yang membangkitkan pengenalan atas pola tertentu yang pernah santri bangun berdasar pengalaman santri.Maka,dengan mudah santri membuat keputusan karena secara sadar ataupun tidak sadar santri mendapatkan intuisi atau pengenalan bagaimana harus bertindak dalam situasi seperti itu.

Bagan pengambilan keputusan intuisi,situasi memunculkan petunjuk yang memungkinkan santri mengenali pola yang mengatifkan sekenario tindakan untuk mempengaruhi situasi.Suatu pola adalah rangkaian petunjuk yang biasanya menyatu bersama-sama sehingga jika santri melihat sebagian dari petunjuk itu,santri bisa menduga bahwa santri akan menemukan petunjuk lainya.

Ketika sebuah ilustrasi baru muncul santri mengenali betul situasi itu dengan cara menyocokkanya dengan pola yang telah dikenali dimasa lalu.Pengenalan terhadap pola menjelaskan bagaimana santri bisa membuat keputusan yang efektif tanpa harus melakukan suatu analisis secara seksama.

Kesimpulan

Potensi spiritual adalah sebagai objek bidang garapanya,makanya di dunia pesantren santri diajari nilai-nilai ajaran Islam mellalui tiga aspek,yaitu:aspek aqidah (teologi),syari”at (jurisprudensi),ikhsan (etika,moral) semata-mata menyadarkan Tuhan sebagai tujuan setiap perilaku dan tindakan baik ibadah,maupun muamalah.

Potensi spiritual Islam mengandung nilai tujuan perundang-undangan salah satunya adalah hak-hak dasar kebebasar berfikir dan berkarya.Jadi dalam doktrin fiqh pesantren yang dijadikanpegangan santri pengembangan potensi intelektual.

Seorang santri yang mempunyai kecerdasan emosional yang baik akan dapat dikenali melalui beberapa komponen dasar yaitu:pengenalan diri,penguasaan diri dan motivasi.

Daftar Pustaka

Syafi’I imam,Mengoptimalkan Potensi Santri,Bandung:pustaka mutiara,2008

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline