Lihat ke Halaman Asli

Abdul Jolai

Mahasiswa

Tantangan dan Peluang Pilkada Sintang dalam Perspektif Budaya Lokal

Diperbarui: 14 September 2024   02:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. Pribadi Penulis

Tantangan dan Peluang Pilkada Sintang dalam Perspektif Budaya Lokal

Pilkada Sintang 2024, merupakan refleksi yang menarik dari interaksi antara politik dan budaya lokal. Seperti yang kita ketahui Sintang dengan keragaman etnis dan budaya yang kaya, menawarkan sebuah panorama yang unik dalam konteks pemilihan kepala daerah. Pilkada di sini tidak hanya tentang memilih pemimpin, tetapi juga tentang bagaimana menjaga, mengintegrasikan, dan merayakan nilai-nilai budaya yang ada.

Sintang merupakan daerah yang sangat heterogen secara budaya. Dengan banyaknya suku dan kelompok etnis, Pilkada sering kali mencerminkan dan memperkuat dinamika antarbudaya. Calon kepala daerah harus mampu menyeimbangkan kepentingan dan aspirasi berbagai kelompok etnis, tanpa menyinggung perasaan atau mengabaikan kepentingan salah satu kelompok saja.

Menurut penulis, calon kepala daerah hari ini harus mampu memahami dan melihat situasi pengaruh tradisi dan adat-istiadat masyarakat Sintang. Tradisi adat seperti upacara Dayak atau budaya Melayu memainkan peran besar dalam kehidupan sehari-hari. Penulis menilai bahwa peran serta budaya yang menjadi kebiasaan masyarakat Sintang menjadi unsur penting untuk bisa dipertimbangkan oleh para calon kepala daerah. Penulis berpendapat bahwa calon kepala daerah yang ingin sukses harus memahami dan menghormati tradisi kebudayaan lokal, terlebih dalam pilkada Sintang.

Tidak bisa kita pungkiri bahwa pengaruh politik dapat menyebabkan pergeseran dalam nilai-nilai adat yang berpotensi mengancam pelestarian budaya lokal. Dengan kemajuan teknologi dan globalisasi, ada kecenderungan untuk memprioritaskan modernisasi dalam kampanye politik. Ini sering kali berpotensi mengabaikan atau mengesampingkan elemen-elemen budaya lokal yang sangat penting bagi masyarakat Sintang. Calon kepala daerah perlu menghadapi dilema antara menarik pemilih dengan pendekatan modern sambil tetap menghormati warisan budaya.

Penulis berpandangan bahwa Pilkada Sintang memberikan kesempatan untuk memperkuat identitas budaya lokal. Kandidat yang dapat dengan bijaksana mengintegrasikan elemen-elemen budaya lokal dalam kampanye mereka tidak hanya mendapatkan dukungan yang lebih luas tetapi juga membantu merayakan dan memperkenalkan kekayaan budaya Sintang kepada khalayak yang lebih luas. Dalam kampanye politik sangat perlu melibatkan penggunaan seni tradisional, musik, dan bahasa daerah. Ini bukan hanya menarik perhatian pemilih tetapi juga berfungsi sebagai platform untuk mempromosikan dan melestarikan budaya lokal.

Penulis beranggapan bahwa  Pilkada juga bisa menjadi peluang untuk membangun dialog dan pemahaman antarbudaya. Melalui debat dan forum yang melibatkan berbagai kelompok etnis, masyarakat Sintang dapat berdiskusi tentang bagaimana merangkul keberagaman dan mencapai keseimbangan dalam kebijakan yang akan diterapkan oleh pemimpin baru.

Pilkada Sintang bukan hanya sekadar pemilihan kepala daerah, tetapi mencerminkan sebuah proses yang melibatkan dan mempengaruhi dinamika budaya lokal. Pilkada  Sintang dapat menjadi katalisator untuk merayakan, melestarikan, dan memperkuat kekayaan budaya yang ada di wilayah Sintang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline